My Silver Wish

Sabtu, 13 September 2014

Seconds - Slender

Selamat Hari Natal, Little Carter.

            Apa kau menyukai hadiah yang ibu berikan padamu untuk natal kali ini? Maaf jika kau tidak menyukai jam ini. Kau tahu? Terdapat 13 bola yang menyerupai kristal hitam pada jam ini, dan itu menandakan bahwa kau telah melewati 12 bulan dan itu merupakan 1 tahun yang sangat baik untukmu^_^

            Ah, kau tahu darimana bola kristal ini diambil? Dari suatu tempat yang tidak pernah kau bayangkan. Dan ini bukanlah bola kristal biasa, melainkan astrophyllite, yang berarti acceptance dan self-awareness. Kau akan mengerti apa maksud ibu setelah beranjak dewasa.

            Kau adalah anak yang hebat, dan ibu tidak berbohong tentang itu. Maksud ibu, lihatlah dirimu! Pasti ayahmu akan sangat bangga melihatmu sekarang, jika saja ayahmu sudah menyelesaikan pekerjaannya di Melbourne, dan kembali ke Jakarta. Tenang saja Jules, ayah akan menampakkan mata bahagia itu tahun depan, ayah akan kembali satu tahun lagi! :)

            Oh, ya. Carter, kau ibu izinkan untuk mengundang beberapa temanmu untuk merayakan natal bersamamu, tetapi tolong jangan mengacaukan rumah. Meskipun ada Bi Mary, ibu akan tetap mempercayaimu, Julian. Jadi anak baik, ya? :D

            Julian Carter, maaf jika ibu mempunyai banyak kesalahan satu tahun belakangan ini, dan juga tahun-tahun lalu. Maaf, sungguh. Dan terimakasih sudah hadir di hidup ibu. Maaf jika ibu tidak bisa menemanimu dalam natal kali ini. Ibu akan kembali jika ibu sudah sembuh dari rumah sakit. Tolong doakan ibu. >__<


Salam,


Ibu.”

Julian melipat kembali surat yang diselipkan ibunya untuk kado natalnya pada saat ia berumur 13 tahun, tidak menemukan apa yang tengah dicarinya pada surat itu.

---

“Motif kematian ini bahkan tidak masuk akal.” Julian bergumam pada dirinya sendiri. “Sutradara terkenal Joe Carter tewas mengenaskan di sebuah hotel di Newcastle, diduga karena bunuh diri?” Dia membaca kembali berkas-berkas yang ia cari sendiri menggunalam media internet. “Bahkan ini lebih konyol dari pohon yang mengeluarkan darah di Angola, Afrika Selatan.”

Julian Carter, 25 th, adalah seorang pengacara asal Melbourne yang dibesarkan dan tumbuh di Jakarta bersama ibunya yang meninggal saat ia berusia 13 tahun. Dirinya yang masih kecil awalnya menolak keras untuk tinggal bersama ayahnya setelah ibunya meninggal, dengan alasan bahwa ia tidak terlalu dekat dengan ayahnya. Setelah demikian, akhirnya dia tinggal bersama Zac dan Zoe Carter, si kembar, sepupunya yang hanya berbeda 1 tahun lebih tua darinya.

Belakangan ini dunia telah dihebohkan karena meninggalnya mendiang Joe Carter, sang sutradara jenius yang tidak sedikit dari filmnya menempati peringkat utama di Box Office dunia. Selain menjadi sutradara, beliau juga menggarap peran menjadi ayah dari Julian, meskipun yang dilakukan hanya mengirim uang untuk biaya hidup Julian.

Dan sekarang, Julian Carter, sedang berada di sebuah kereta yang menuju ke Sydney untuk menemui kedua sepupunya. Dia tengah mencari—lebih tepatnya menginvestigasi, kematian ayahnya yang menurutnya kurang masuk akal. Sebagai contoh, suatu artikel terkait dengan kematian ayahnya mengatakan bahwa ayahnya terbunuh karena mengonsumsi obat-obatan terlarang, padahal semasa hidupnya, ia tahu betul bahwa ibunya sering mengatakan bahwa ayahnya adalah orang yang benar-benar sehat. Bahkan ibunya mengatakan bahwa Joe Carter bisa saja hidup sampai berumur 100 tahun.

Kedua, ada beberapa motif berbeda dari kematian Joe Carter. Dalam satu sumber, tercantum bahwa Joe Carter terbunuhdan tubuhnya telah dimutilasi oleh beberapa tersangka yang diduga menyimpan dendam akan kesuksesan Joe Carter. Pada sumber lain, menyebut bahwa Joe Carter meninggal karena mengiris-iris denyut nadi tangannya dengan pisau. Sangat lucu.

Prang!

Julian menoleh kearah bawah, menemukan sesuatu yang tidak terlihat asing baginya. Jam tangan hadiah natal dari ibunya yang jatuh. Julian membungkuk, meraih jam tangan itu dan meletakkannya kembali ke meja yang ada di hadapannya. Dalam jam tangan itu terdapat 13 bola kristal berwarna hitam yang bernama astrophyllite, dan tersisa 1  bola yang masih utuh. Setiap bola itu terjatuh, pasti ada kesialan yang menimpa dirinya. Dan Julian tidak tahu kenapa.

Drrt. Drrt.

Ponsel Julian berbunyi—lebih tepatnya, bergetar, menampilkan sebuah deretan nama yang sedang menghubunginya.

Dellaine Skyler.

Julian tersenyum, mengangkat panggilan itu. “Halooo,” Sapanya, lengkungan senyumnya tidak lenyap dari wajahnya.

“Hai.” Sapa suara di sebrang sana, “Kau dimana?”

“Akan menuju ke Sydney,” Julian memutar-mutarkan pulpen yang ia pegang. “Kenapa?”

“Tak apa.” Pemilik suara itu menghela nafas, terdengar kecewa. “Apa kau merasa melupakan sesuatu?”

“Hm? Kurasa tidak.” Julian meletakkan pulpen pada mejanya, mencoba memikirkan sesuatu yang serius.

“Baiklah. Semoga kau mendapat hari yang indah di Sydney.” Dellaine Skyler, yang akrab disapa Della, berkata dengan sedikit nada kecewa disana.

Julian menggigit bibir bawahnya. “Ah, tunggu. Jangan dimatikan dulu.” Dia mengeluarkan kalender kecil yang selalu ia bawa. Dilihatnya tanggal hari ini disana. 19 November. “Aku bercanda.” Dia tahu dia sedang tidak bercanda. “Hari inimonthsarry ke 24 kan?”

Della menjawab singkat, “Ya.”

“Selamat hari jadi untuk 24 bulan. Maaf tidak bisa menemanimu disana. Aku menyayangimu, Dellaine.” Julian kembali menggigit bibir bawahnya, takut pacarnya marah. Dia ingat, tadi bola kristal pada jamnya sedikit retak, berarti akan ada kesialan kecil yang akan menimpanya.

“Ya.” Della menjawab lagi, “Kau pasti capek memikirkan perkara ayahmu. Aku juga merasa buruk tentang hal itu. Aku minta maaf.” Dia melanjutkan. “Oh, ya. Karena melupakan hari ini, kau mendapat satu hukuman, Tuan Carter.”

Julian menyengir. “Apa? Aku bilang aku hanya bercanda!”

Dan Julian berani bertaruh bahwa Della juga sedang tersenyum disana. “Bawakan aku oleh-oleh dari Sydney. Oke?”

“Baiklah.” Julian tertawa lepas. Setidaknya dia bisa sejenak melupakan perkara yang dapat membuat merasa kepalanya pecah. Dan tanpa mempedulikan kesialan yang akan menimpa dirinya.

---

ZacCart88: Jules, aku tidak ada di rumah. My date asked me to go out. I couldn’t refuse!
            
          Julian membaca pesan singkat dari Zac, lalu membalasnya dengan cepat.

JulianC: You ‘lil brat.

JulianC: K. Apa ada Zoe?

            Julian merasakan ponselnya bergetar lagi.

ZacCart88: Dia available :D

JulianC: Bukan itu maksudku, bodoh.

JulianC: Dasar orang yang lagi dimabok cinta.

ZacCart88: Bahasa mu itu seperti kutu buku sekali.

ZacCart88: Dasar kutu buku.

JulianC: Terserah.

JulianC: Apa Zoe mengetahui informasi yang aku butuhkan?

ZacCart88: Ya. Hubungi aku jika ada kesulitan.

JulianC: Baik. Terimakasih.

            Julian melirik arlojinya. 12.43 PM. Masih tergolong wajar untuk mengunjungi rumah seorang kerabat
.
            Julian sedang berada di bus yang mengantarnya dari Mudgee ke Sydney, dan itu membutuhkan kira-kira 3 jam. Karena sudah menaiki kereta ekonomi agar lebih cepat, dia hanya tinggal butuh sekitar 2-3 menit untuk sampai di rumah Zoe. Tidak membutuhkan waktu lama memang, karena sehabis Julian merapikan barang bawaannya, dia langsung dapat turun dari bus.

            Setelah turun dari bus, dia berjalan beberapa langkah agar sampai di depan rumah Zoe, lalu dia mulai mengetuk pintu rumah Zoe. Dia tidak mengharapkan banyak dari Zoe, meskipun Zoe dan Zac memang ada bersama ayahnya saat kejadian, mereka tertidur dalam ruangan terpisah, sehingga Julian merasa agak sulit bagi mereka untuk meraup informasi, terlebih jika polisi penutup-nutupi apa yang telah terjadi pada mendiang Joe Carter.

            Tok Tok Tok.

            Tak butuh waktu lama bagi Julian untuk menunggu Zoe membukakan pintunya. Wanita berperawakan sekitar 170 cm ini langsung menyambut Julian dengan seringai ramah dan menyuruh Julian untuk segera masuk ke dalam rumahnya. Dengan sopan, Julian pun menurutinya, walaupun Julian sendiri pernah tinggal dalam rumah itu selama 12 tahun.

            Julian duduk di sofa tanpa disuruh. “Zoe, ayo langsung ke topik pembicaraan saja.”

            “Eh?” Sambil menutup pintu, Zoe menatap Julian dengan raut wajah kecewa. “Kau yakin? Sepertinya satu cangkir kopi akan membuat suasana menjadi lebih baik.”

            Julian tersenyum sambil menggeleng, menghargai tawaran Zoe. “Tidak, aku bisa meminum kopi kapan saja. Tapi informasi? Aku membutuhkannya sekarang.”

            Zoe terkekeh pelan, mendekati Julian lalu duduk di depannya. “Baiklah. Apa yang perlu kau ketahui?”

            “Motif pembunuhan mendiang Joe Carter.”

            “Mengapa tidak menyebut ayahmu dengan sebutan ayah saja, Pengacara Carter? Ini terlalu formal.” Canda Zoe, yang hanya dibalas oleh tatapan tanpa ekspresi dari Julian. “Oke, maaf. Beliau dimutilasi.”

            “Lalu? Apa ada peristiwa terkait pembunuhan tersebut?” Tanya Julian agresif, membuat suasana menjadi mencengkam.

            “Tidak ada yang menduga atau bahkan mengharapkan peristiwa itu akan terjadi. Kau tahu itu.”

            “Ya. Siapa yang memberitahumu bahwa beliau telah dimutilasi?”

            “Zac. Dan Zac tahu dari pihak polisi.”

            “Apa ada beberapa tersangka terkait pembunuhan ayah?” Julian meneguk lidahnya sendiri, lidahnya merasa kelu menyebut kata ayah.

            Tanpa mempedulikan Julian yang menyebutkan kata ayah, dengan cepat Zoe melanjutkan. “Ibumu.”

            “Siapa?”

            “Apa aku kurang jelas mengucapkannya? Tersangka paling kuat adalah ibumu.”

            “Ha?” Julian memastikan, jawaban Zoe sama sekali tidak masuk akal untuk terdengar di telinganya. “Dia sudah meninggal. Bagaimana bisa seorang yang sudah meninggal membunuh orang yang masih hidup? Dan lagi, ibuku menyayangi ayah.”

            Zoe terkekeh. “Ibumu membunuh melalui perantara, Tuan Pengacara.”

            “Aku sudah pernah menyatakan ini beberapa detik yang lalu. Ibuku menyayangi mendiang ayahku—Joe Carter, atau istilah apapun itu yang kau gunakan untuk mendeskripsikan beliau.”

            “Astrophyllite. Itu menjelaskan semuanya.”

            “Batu kristal hitam?”

            “Ya. Itu memiliki makna acceptance dan self-awareness, dan membuat pemilik menjadi lebih berhati-hati dengan hidupnya. Mari kita lihat contohnya. Kau, Pengacara Julian Carter merupakan seorang pengacara yang lumayan sukses, kan? Bahkan saat kau baru-baru menekuni pekerjaan itu.”

            “Bukankah itu karena kerja keras?”

            “Bagaimana cara kau mendapat klien dengan cara hanya bekerja keras? Itu membutuhkan peruntungan juga, dan begitu juga dengan ayahmu. Dia merupakan yang terbaik dibidangnya. Hanya membutuhkan sedikit waktu lagi untuk membuatnya menjadi seorang legenda. Bukankah itu tidak wajar?”

            “Jadi kau mencurigaiku dan mendiang ayahku?”

            “Dengarkan aku. Ayahmu mempunyai jam itu juga, dan itu bukan berarti setiap orang yang mempunyai jam itu akan mendapat keberuntungan. Memang batu Astrophyllie memiliki arti yang cenderung untuk memacu untuk berkembang, tetapi bukan hanya itu.”

            “Lalu?”

            “Keburukan. Batu itu juga membawa keburukan tersendiri bagi pemiliknya. Setiap batu itu 
jatuh dan pecah, hal buruk akan segera terjadi, kan?”

            “Bagaimana kau-“

            “Dan untuk sekedar informasi, pemilik jam itu hanya diserahkan untuk keturunan Carter yang berhak memilikinya.”

            “Maksudmu?”

            “Kakek buyut kita menurunkannya pada ayahmu. Lalu melalui perantaraan ibumu, jam itu diserahkan padamu. Tapi..”

            “Apa?”

            “Keturunan itu tidak bisa tersebar luas begitu saja. Kau harus dimusnahkan. Maaf.”

            “Maksudmu? Kenapa?”
         
           "Agar keturunan Carter yang lain tidak harus hidup bergantunf dengan sebuah batu. Bukankah itu baik?"

          "Heh?"

            “Letakkan jam mu di meja. Sekarang.”

            Dan dengan begitu Julian melepas jamnya dari pergelangan tangannya, dan meletakkan jamnya itu ke meja di ruang tamu rumah Zoe.

            Tanpa kontruksi apapun maupun gerakan tangan apapun, jam itu dengan cepat jatuh dan bola kristal dari jam tangan itu pecah. Tanpa ada dari mereka yang menyentuh sama sekali. Kejadian itu berlangsung sangat cepat dan hati-hati, sehingga membuat hasil pecahan bola kristal itu tidak berceceran dimana-mana.

            Drrt. Drrt.

            Julian menatap layar ponselnya yang bergetar. Satu pesan baru.

ZacCart88: Jam berapa sekarang?

JulianC: 13.00

ZacCart88: Ya, dan itu adalah jam kematian mendiang ayahmu.

JulianC: Jangan-jangan.. Kau yang membunuh ayahku?

ZacCart88: Oh, ayolah. Aku tidak sendirian. Zoe juga ikut berperan.

JulianC: Kau..

            Julian mulai merasa ada yang mendekatinya dari belakang, tetapi badannya beku. Dia tidak bisa bergerak sama sekali. Lalu muncul satu pesan baru lagi.

ZacCart88: Everytime the holy astrophyllite falls, the clock ticks and so does your life is going to an end.


            Julian terbunuh dengan cara yang sama seperti ayahnya. Tanpa jasad ataupun bukti yang jelas. Oleh saudaranya sendiri.

---

Wakakaka.
Ini cerita aneh banget menurut gua.
Tapi kenapa gua post..
Ah bodo lah, nasi sudah menjadi bubur,
Yah pokoknya ini jelek, gua udah tau isi pikiran readers kayak apa.
Sotoy amat dah gua.
Gitu dah.
Dan terimakasih buat Somvlak yang ngedit covernya.

Salam,

Slender.

Sabtu, 31 Mei 2014

On The Edge Of Something Real Bab 2 ─ Serenitie Oh



Author hard─claimed:

This whole story is MINE. I write this all with my own hand. Copying isn’t allowed. Don’t you forget about karma’s revenge.
Karma is crule. Don’t you dare to fight with them.
And there’s a clear diffenrence between ‘copying’ and ‘inspired’ Understand it.
.
SerenitieOh©Proundly Present:
“ On the edge of something real
─Bab 2.”
Exo Chaptered fanfic
.
“ From now on, I want to love you simply. From the words that yet to say from the wood to the fire who make it an ash.”
.
Back song: Heart Attack─Demi Lovato
              Fall─Jonas Brothers
This story dedicated for someone who always supporting me.
.
Seoul─South Korea

Salah satu hal paling percuma yang pernah dilakukan manusia adalah mencoba berlari dari kenangan sendiri.
Tuhan menciptakan dunia begitu luas tentu bukan tanpa maksud, Sehun meyakini itu. The big guy up there wants us to travel around, see new things, explore new area, meet new people, and create new story. Tidak hanya berdiam di tempat dan menutup diri dari kemungkinan-kemungkinan lain. Kemungkinan-kemungkinan baru. Namun, prinsip ini bertolak belakang dengan sifat kenangan.
Kenangan itu, bagi Sehun memang hanya sebuah benda mati namun mereka dapat terulas kembali di memory saat kau tak sadar mendorong mereka kembali mencuat keluar. Kenangan itu tidak bergerak dan layaknya benalu, selalu mengambil apa yang penting dari inangnya. Kenangan itu bisu dan angker. Ia menentang hukum waktu yang selalu bergerak. Kenangan itu tidak bisa dihapus. Tidak seperti kehidupan, ia tidak bisa berubah.
Dan, Sehun benci sekaligus menyukai sifat-sifat kenangan itu dalam waktu yang bersamaan. Ada satu kenangan yang selalu menjadi benalu di otaknya, kenangan yang menghisap tubuhnya agar kembali kedalam poros kenangan itu terjadi. Bukan kenangan yang hebat memang, hanya kenangan ia bersama teman masa kecilnya.
Seseorang yang telah merampas hati Sehun dan tak pernah mengembalikannya. Mungkin kau bisa memanggilnya begitu alih-alih teman masa kecil.
Itu dinamakan cinta monyet, Sehun. Beberapa hari kedepan mungkin kau takkan merasakannya lagi, cinta monyet itu eum hanya percobaan sebelum kau mencobai cinta yang sebenarnya.
Sehun terkekeh, teringat kata-kata Eunhyuk─teman masa kecilnya di Jepang juga saat ia mengatakan bahwa hatinya berhenti berdetak saat melihat anak perempuan itu tersenyum. Dulu, Sehun menyangkalnya dan mengatakan bahwa ia benar-benar menyukai anak itu dan sampai sekarang ia masih menyangkal dan dapat membuktikan bahwa teori Eunhyuk salah. Ia masih merasakan hal yang sama saat kenangan-kenangan itu kembali menyerang otaknya.
Call him dumb─Sehun tak perduli dengan itu, tak perduli bahwa mungkin ia takkan bisa lagi bertemu dengan anak perempuan itu. Anak perempuan yang selalu memanggilnya oh mija. Mungkin selamanya ia akan menitipkan cintanya pada anak itu.
Tanganya kanannya tanpa sengaja menyentuh cincin yang melingkar manis di jari tengahnya yang mana membuat ia kembali terlempar ke kenyataan. Bahwa ia telah bertunangan dengan salah satu penerus perusaahan waterproof di Korea. Ia dengan terpaksa menyetujui itu demi menyelamatkan nama baik keluarga Oh, yang tercoreng akibat putri bungsu mereka yang kabur, Sehun selaku anak tersulung memegang tanggung jawab itu.
Kim Taehyung, nama gadis yang menjadi tunangannya. Gadis yang juga menjadi teman-nya, bukan teman dekat sebenarnya, mereka hanya saling berkomunikasi saat membutuhkan bantuan satu sama-lain. Gadis yang ramah dan menyenangkan meskipun sebenarnya dingin.
Tawa Luhan yang mengelegar kembali melemparkannya keluar dari ruang nosalgia. Pemuda berambut coklat itu kemudian menatap Sehun dan tiba-tiba menghentikkan tawanya. Jungkook dan Lay serta Suga yang merasakan sesuatu yang aneh juga ikut menghentikkan tawa mereka
“ Hei, kau kenapa? Itu hanya pertunangan, Man. Kau takkan mati, belum tentu kau akan menikahinya, ‘kan?” Luhan berusaha menghibur sahabatnya yang tengah gusar
“ Oh, benarkah, Luhan? Apa kau bisa menjamin itu?” Tanya Jungkook membuat Luhan menghendikkan bahunya.” Aku bahkan tak percaya seseorang dari jaman milenium seperti sekarang masih melakukan perjodohan, ini bukan jaman Romeo dan Juliet lagi, for the  God’s sake!” Pemuda berambut hitam kemudian menggelengkan kepalanya prihatin.
“ Mungkin kau harus mengatakan itu kepada orangtuaku,” ujar Sehun sinis.” Dan, apa pula ceramahan itu? Kalian seharusnya menghiburku!”
“ Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana tentang adikmu?” Luhan merendahkan suaranya nyaris tak terdengar. “ Apa dia masih belum meninggalkan kabar?”
“ Perduli apa aku tenatang gadis itu,” Sehun memutar bola matanya malas. “ Mengapa bukan dia yang dijodohkan? Bukankah dia yang membuat semua masalah ini? Mengapa aku harus terseret?”
Man, itulah yang disebut tanggung jawab seorang putra sulung.” jawab Luhan.” Sudah seharusnya mereka menjaga nama baik keluarga karna mereka adalah penerus marga.”
“ Aku tidak setuju dengan teorimu, Xi,” Lay menggelengkan kepalanya pelan.” Dan, aku tahu cara bagaimana membuat Sehun keluar dari masalah ini dengan menyeret anak menyebalkan itu.” Kemudian ia tertawa pelan.
“ Bagaimana?” Ketiga orang itu merapatkan kepala mereka membuat sebuah lingkaran kecil di meja.
“ Tapi, sebaiknya sekarang kau mengawasi adikmu itu dulu dan berlakon sebagai tunangan yang baik,” petintah Lay.” Jika sudah kau lakukan itu, baru kita menjalankan rencana ini.” Sehun hanya mengangguk mengerti sebelum menyergai
Kena kau, Rachel Oh.
.
Rachel merasakan perasaan tak enak merambati tengkuknya, rambutnya yang seindah gandum musim dingin yang terpapar sinar matahari─membuat orang-orang perih melihatnya diterbangkan oleh angin musim salju yang mendingin. Mungkin angin-angin yang semakin rendah suhunya itu yang membuatnya merasa begitu.
Sesuatu yang dingin tiba-tiba merambati pipinya dan dengan refleksnya ia menghindar sebelum menyadari benda dingin yang menyentuh pipi lembutnya adalah icefrap yang berisi bubble tea, chocolate dan sesosok pria tinggi yang menyodorkannya kearahnya.
“ Jangan terlalu memikirkannya begitu, kau jadi terlihat seperti anak ansos,” gurau pemuda itu.
“ Perduli setan dengan hal itu, aku hanya sedang memikirkan sesuatu,” jawab gadis itu. “ Sesuatu yeah mungkin lebih tepatnya seseorang.”
“ Kakakmu?” Sesosok perempuan dengan rambut sebahu muncul dan mengucapkan pernyataan itu dengan nada mengejek
“ Baekhyun, berhenti menggunakan nada mengejek saat mengucapkan namanya,” tegur Rachel membuat yang ditegur mendengus. “ Setidaknya dia masih menunjukkan bahwa ia perduli padakku dengan mengejarkku saat aku kabur.”
“ Mungkin saja ia disuruh oleh orangtuamu?” tebak si pemuda yang tinggi membuat air wajah Rachel menjadi ragu
“ Tidak, tidak,” Baekhyun menggelengkan kepalanya lucu.” Seseorang seangkuh itu takkan mungkin perduli padamu, aku setuju dengan Wu, ia pasti didorong oleh orangtuamu untuk mengejarmu.”
“ Bisakah kalian berhenti membuatku ragu olehnya? Aku sedang berusaha memperbaiki citranya di ingatannku. Bagaimanapun, ia kakakku, ‘kan?” Rachel mendengus keras
“ Kau meragukannya? heh,” Kris─si pemuda tinggi menyeburkan tawanya membuat Rachel dan Baekhyun menatapnya aneh.” Kau memang sudah seharusnya tahu bahwa ia tak mungkin memiliki perasaan semacam itu padamu.” ujarnya yang disambut anggukan semangat oleh si gadis berambut ungu.
Oke, both of you, cut the crap, lebih baik kalian menghilang dari hadapanku sebelum moodku hangus seluruhnya oleh kalian.”  Kedua orang itu hanya saling memberi isyarat sebelum melakukan perintah Rachel.
Gadis itu melepaskan kacamata bergagang hitam yang sedari tadi menghiggapi hidung bangir-nya, kemudian meremas gagangnya, membiarkan rambut keemasaanya terpecah-pecah oleh angin musim dingin. Sejujurnya, ia membenci musim ini, bahkan selalu mengutuk musim ini sampai ke neraka yang paling bawah. Dingin-nya salju membuat kulitnya menjadi kering. Namun, entah mengapa hari ini, ia menyukai musim ini, musim dimana segalanya terlihat menjadi berwarna putih─yang mana membuat seragamnya terlihat mencolok.
Ia merasakan bahwa musim dingin diciptakan untuk seseorang yang ingin kembali merenungi hidupnya─seperti apa yang ia lakukan. Musim dingin, musim perenungan, musim tertenang diantara yang lain. Yang lekat dengan hal-hal suci dan berbahagia, namun bagi Rachel, musim dingin melambangkan air mata abadi, yang berwarna putih.
Ia kemudian tertawa pelan menyadari opini-nya yang konyol, menyebabkan uap-uap putih menguar. Air mata kemudian mengaliri pipinya, mengalir ke arah dagunya yang runcing, kemudian melebur bersama timbunan salju.
 Damn, why am I crying with no reason?─gumam Rachel.
“ Hey, apa kau bahkan masih hidup?” tanyanya entah pada siapa, kemudian matanya menerawang menuju kenangan yang berusaha ia kubur dalam-dalam. Tangannya mengengam sebuah kotak berwarna pink yang berisi sebuah bangau kertas berwarna pink.
 “ Janji, eoh? Kau yang membuat janjinya, nee-san! Dan kau meninggalkan aku. Setiap hari, disana, dibawah pohon sakura terus menunggumu layaknya orang bodoh!” pekik Rachel tak memperdulikan tatapan murid-murid ILS yang lain
“ Kau bocah bodoh! Apa kau bahkan masih mengingatku?” Entah apa yang membuatnya begitu terdorong untuk menangis, yang mana membuat kenangan itu mencuat kembali ke ingatannya.
.
Taehyung meringis ketika dilihatnya seorang gadis berambut seindah gandum di musim dingin itu menangis parau, tak memperdulikan tatapan aneh dari sekitarnya, wajahnya yang bersinar akibat gen Kaukasianya kini terlihat begitu letih namun meskipun begitu, gadis itu belum berhenti menangis, meskipun ia memperhatikan gadis itu dari jarak yang agak jauh, namun ia bisa mendengar tangisan-nya.
Jadi, ini putri bungsu pemilik red dragon? Lebih cengeng dari dugannya. Matanya kemudian memincing ketika dilihatnya seorang pemuda dengan tinggi diatas rata-rata merangkul gadis itu, menuntun Rachel kembali ke dalam kelas.
Tangannya yang lentik mendial nomor seseorang.
“ Hey,” sapa suara disebrang
“ Kurasa adikmu memiliki semacam pacar.” lapornya
“ Itu bukan pacarnya,” jawab suara disebrang dengan yakin
“ Bagaimana kau tahu? Pemuda itu saja bahkan merangkul adikmu dan dengan ajaib membuat adikmu berhenti menangis.”
“ Rachel─menangis?” suara di sebrang terdengar tercekat.” Kau yakin?”
“ Kau ingin aku mengirimkan fotonya? Ia lebih cengeng dari dugaanku.” ejek Taehyung
“ Mengapa ia menangis?” suara disebrang terdengar direndahkan
“ Entah, aku hanya mendengar nama nee-san, janji dan pohon sakura─”
“─PIP.”
Taehyun menyentakkan kasar benda persegi itu dari telinganya ketika mendengar pemuda di sebrang memutuskan telefon sepihak, ia kemudian mendengus, tunangannya memang orang yang menyusahkan.
.
“ Hei, Luhan!” teriak Sehun membuat pemuda yang dimaksud memelongokkan kepalanya kearah Sehun. “ Apa kau tahu terjemahan kasar dari nee-san?” tanya Sehun dengan wajah sedikit gamang
“ Bukankah artinya kakak laki-laki? Hey, kau pernah tinggal di Jepang untuk beberapa tahun, bukan? Seharusnya kau tahu sebutan dasar seperti itu, dan jangan bilang kau lupa.” gerutu Luhan.
“ Apakah kata itu benar-benar tak memiliki arti yang lain?” tanya Sehun dengan nada mendesak
“ Tentu saja tidak,” Luhan memutar malas bola matanya.” Hey, ada apa bro?” tanyannya saat dilihat wajah Sehun menjadi kusut
“ Tak apa, mungkin hanya kebetulan.” Pemuda itu kemudian mengacak rambutnya yang dibagi menjadi dua layers itu dengan jari
“ Kau yakin? Apa berhubungan dengan Jepang?” tanya Luhan sembari menahan nafasnya panik. Sehun sedikit tertutup tentang masa kecilnya di Jepang.
Aniyo, gwenchana,” Sehun mencoba menarik ujung bibirnya menjadi senyuman namun gagal.” Aku hanya merasa ada visi-visi mendadak yang menyerangku.”
You’re not alone, remember,” Luhan menepuk pundak Sehun dua kali dengan sedikit tenaga.” Kau bisa ceritakan masalahmu.”
“ Hanya kenangan masa kecil.” Sehun mengibaskan tangannya, terlihat enggan untuk jujur.
“ Apa tentang gadis itu?” Luhan menahan nafas penuh kekaguman saat dilihatnya Sehun menangguk. Kagum, tentu saja, untuk gadis itu, gadis yang mencuri hati Sehun dan tak pernah mengembalikkannya dalam jangka waktu lebih dari sepuluh tahun. Pasti sosoknya sangat mengangumkan hingga bisa mengikat Sehun dalam bayang-bayangnya sebegitu lamanya.
“ Ayolah, jangan membuatku semakin galau, Luhan,” tambah Sehun ketika dilihatnya wajah Luhan menjadi melow.
“ Aku merasa kau gila,” gumam Luhan.” Bagaimana bisa menyukai seseorang yang sama dalam waktu lebih dari sepuluhan tahun dan rasa itu tidak berubah? Hitunglah tahun yang kau lewati tanpanya, mungkin lebih banyak jumlahnya dibanding tahun kau bersama dengannya.” lanjutnya
“ Kau takkan pernah mengerti itu jika kau belum pernah merasakannya,” Sehun terkekeh. “ Pernahkah kau menatap lurus mata seorang gadis dan menemukan setitik cahaya dan kepercayaan? Dan disaat itu, kau menyimpulkan bahwa she’s the one?” sugesti Sehun
“ Kurasa belum pernah.” Luhan tersenyum
“ Aku menemukannya, dimatatanya yang bulat dan steril, di iris violetnya yang mengilap.” jawab Sehun
Luhan kemudian hanya tersenyum kecil, seseorang yang terjebak dalam cinta, dalam sekejap memang benar dapat berubah menjadi orang bodoh
.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti mata yang berkedip menyambut pagi, dan daun jendela yang mengintip matahari
Tapi, aku ingin melupakanmu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana. Seperti waktu yang tak pernah berhenti dan senyumanmu yang mengabadikannya
Tapi, aku ingin melupakanmu.
Aku ingin melupakanmu dengan sederhana. Sesederhana air mata yang mengalir. Sesederhana genggamann tangan yang terlepas
Tapi, aku ingin mencintaimu.”
─cr:Bernard Batubara
Rachel menatap puisi yang ia lukiskan di dalam bloknot. Sejujurnya, ia bukan pribadi yang mudah larut dalam kata-kata apalagi jika harus menyusun kata-kata itu sendiri menjadi prosa-prosa. Ia memang pernah bercita-cita menjadi penulis web namun cita-cita itu terlupakan oleh waktu.
Tangannya berbunyi bergemeletuk saat ia meregangkannya. Ia kemudian menolehkan pandangannya kearah sekitar, seingatnya Kris hanya meminta waktu untuk membeli minuman namun tiga puluh menit sudah berlalu dan pemuda pirang itu belum juga kembali.
Ia kemudian menghela nafas berat, hidungnya yang bangir masih merah akibat kegiatan konyolnya. Ia benar-benar konyol dengan air mata yang mengalir dan wajah yang bersemu merah entah karna terlalu sedih atau akibat suhu udara. Jimin bahkan sempat tertawa saat Kris merangkulnya hingga ke kelas. Matanya juga masih sedikit bengkak.
Rachel merapatkan syal-nya, tak ingin hiportemia atau penyakit apapun menyerangnya. Ia dan Kris membolos pelajaran pertama, sebenarnya itu atas dasar paksaan Kris yang sangat tak mendasar. Takut-takut ia kembali menangis di kelas.
Tangannya kembali mengalungkan earphonenya dan menjejalkannya ke kedua telinganya, membuat lantunan lagu Heart Attack milik Demi Lovato terdengar. Sungguh, ia sangat kagum dengan suara penyanyi yang satu ini. Suaranya benar-benar pas dalam menyanyikan semua genre.
Never say yes to the right guy,”
Tak pernah mengatakan ya pada pemuda yang tepat. Bukankah ia memang seperti itu? Mengatakan ya pada pemuda yang salah dan lihat apa yang ia dapatkan sekarang.
Then, will you say yes to the wrong guy?” Sebuah suara agak kekanak-kanakkan menyapa indra-nya dan dalam sekejap sesuatu yang hangat menelungkupi kedua tangannya
Ia menemukan Sehun didepannya, dengan rambut agak berantakan membuatnya terlihat seperti Zeus muda yang menarik. Blazer hitam seragamnya ia sampirkan di pundaknya. Ekspresi pemuda di depannya nampak agak keras namun matanya menatap teduh Rachel
“ Apa?” respon Rachel
“ Ck, jawab pertanyaanku dahulu!” gerutunya agak memaksa.” Kau mengatakan bahwa kau tak pernah mengatakan ya pada pemuda yang tepat, dan aku bertanya, apa kau mengatakan ya pada pemuda yang salah?”
“ Kurasa itu bukan pertanyaan,” Rachel tersenyum getir.” Menurutku, itu lebih condong ke pernyataan.” Sehun terlihat terkejut.
“ Tidak, untukku itu sebuah pertanyaan dan kau harus menjawabnya.” paksanya
“ Kau unik sekali, jika kau melakukan ini untuk menghiburku, kau salah besar. Karna kau bertanya, maka jawabannya ya. Aku selalu berkata ya pada pemuda yang salah.” jawab Rachel dengan senyum mengembang, seolah bangga atas jawabannya
“ Kau...sebenarnya, kau ini apa?” tanya Sehun yang membuat Rachel mengerutkan dahi
“ Aku, manusia?” entah mengapa perkataan Rachel lebih terdengar seperti pertanyaan alih-alih jawaban atau pernyataan.
“ Dengar, apa yang kau lakukan disini?” tanya Sehun
“ Menunggu,...Kris?”
“ Bisakah kau memberikan jawaban dan bukan jawaban yang bernada pertanyaan?” Sehun sedikit menggeram, sedikit banyak kesal dengan sifat aneh adiknya.
“ Bukankah hidup selalu seperti itu?” Rachel menatap sendu Sehun, membuat pemuda itu merasakan sebuah perasaan aneh menghantam dadanya.” Seakan-akan memberi jawaban namun ternyata adalah pertanyaan atau pilihan?”
Sehun nampak tak menjawab, seakan memberi Rachel ruang untuk melanjutkan perkataanya. “ Hidup tak pernah benar-benar memberikan jawaban atas pertanyaanmu, hidup hanya memberimu pilihan dan kau yang seharusnya menentukan jawaban untuk pertanyaanmu sendiri.” jelasnya dengan lugas, “ Bukankah sudah jelas bahwa aku memberikan pilihan agar kau menjawab pertanyaanmu sendiri?”
“ Aku sudah mengiranya, kau memang menyebalkan.” vonis Sehun
Rachel terkekeh, “ Bukankah sakit saat seseorang mempermainkanmu?!” pekiknya tiba-tiba membuat Sehun tersentak. “ Kau fikir aku anak bodoh? Kau menyuruh seseorang bukan untuk memata-mataiku?” Gadis itu mengerjapkan matanya yang terlihat perih─membuat setitik air mata jatuh kearah roknya.
“ Apa sebegitu bencinya kau padaku, huh?” Nada gadis itu mulai merendah. “ Apa kau fikir aku senang mempunyai keluarga baru?!” ia kembali memekik, menyebabkan dadanya naik-turun
“ Apa─?”
“ Tak usah menyangkal Oh Sehun. Kau fikir seberapa banyak CCTV di sekolah ini? Sesedikit itukah sampai kau mengira tunanganmu takkan tertangkap?” Jantung Sehun berdegup kencang, seakan-akan meminta ijin untuk mematahkan tulang rusuknya, rasanya aneh ketika mendengar Rachel mengetahui bahwa ia sudah bertunangan
“ Rachel Oh!” bentak Sehun
“ Menjijikan! Aku Rachel Yoo, dan takkan pernah menggunakan marga menjijikan itu lagi, dengar dan kecamkan baik-baik!” Gadis itu mengetukkan jari telunjuknya ke dahi Sehun. “ Selamat menikmati tahta lamamu sebagai anak tunggal.” ujarnya ketus
“ Gadis bodoh, tunggu! Apa maksudmu berkata─”
“ Berhenti berbicara padaku, Oh Sehun. Kembalilah pada sekolahmu dan tunanganmu, bukankah sekarang kau harus fokus menjadi penerus perusahaan?” Gadis itu mengibaskan tangannya lalu membalikkan badan membuat Sehun menatap perih punggung sempit adiknya.
Sekarang ia baru mengerti apa yang dimaksud dalam berjuang, ia mendapat pelajaran baru, dari adiknya sendiri. Sekaligus penyakit baru yang membuat jantungnya berpacu seakan ingin menerobos rusuknya saat melihat sosok rapuh adiknya
To Be Continued─
2675. Whew.
Cukup membuat tangan nyeri dan leher pegel karna ngetik ngebut. Hasilnya kurang bagus? Sowrieh, deadline came like rasengan/wht
Tadinya pengen buat ff baru buat nyelengiin ff ini cuma duh give up and i’ve got something special for you guys on the next chapter.
Sekarang udah tahu siapa Taehyung, bukan? Gendernya udah ketebak, bukan?
Oh ya, ralat bentar. Waktu Sehun nelfon Taehyun buat nyeledikiin his lil sister itu mereka belum tunangan. Tenang aja, gua gak bakal buat Taehyung jadi orang ketiga. Tentang ff ini sampe berapa chapter, mungkin agak banyak karna yeah genre nya yang agak ribet and my writing sucks
Ketahuan kok nanti siapa nee-chan. Jangan ada yang nebak-nebak dulu biar suprise ya wk
Oke, jangan lupa comment-comment! Ini gua tulis di Jumat Agung dan mumpung bentar lagi Paskah, harus comment! Biar menambah kebaikan karna membuat orang lain senang kkk.
Sekalian mau ngucapiin selamat hari Kamis putih, Jumat Agung dan Paskah ya!
SerenitieOh©rocks!