Nyok, langsung cekidot aja._.
Disclaimer: Cerita punya gua OC punya gua Kirana punya gua plus EXO punya Tuhan dan SM *cieee yang baru pengakuan dosaaa*
Eun Rim P.O.V
Sejak kecil aku punya kekuatan aneh... aku dapat mengendalikan semua elemen yang dimiliki oleh para dewa dewi. Karena kekuatan itu, teman-temanku menjauhiku. Kecuali 4 sahabat masa kecilku dan adik laki-lakiku yang juga memiliki semacam kekuatan.
Kim Hyunnie, kekuatannya adalah healling. Ia punya saudara kembar bernama Kim Himchan. Himchan sendiri kekuatannya unik. Ia dapat mengendalikan cuaca.
Lalu Moon So Jung. Ia buta. Bukan karna kecelakaan atau penyakit bawaan. Tapi, karna kekuatannya. Kekuatannya adalah mengwndalikan arwah orang mati. Yang menjadi adalah para arwah. Ia dapat melihat, mendengar, dan mengendalikan para arwah. Tapi, ia tak bisa melihat manusia. Dan juga warna matanya berbeda dengan orang buta yang lain. Warna matanya adalah biru muda. So Jung pacaran dengan adikku.
Terus, So Jung itu punya adik laki-laki. Namanya adalah Moon Jongup. Jongup kekuatannya juga unik. *tapi masih unikkan So Jung* Kekuatannya adalah tanaman. Ia dapat menumbuhkan, mempercepat pertumbuhan, dan semua yang berhubungan dengan tanaman. Ia adalah tunanganku.
Lalu adik laki-lakiku, namanya Jung Daehyun. Ia juga memiliki kekuatan. Kekuatannya adalah cahaya. Ia dapat mengendalikan cahaya dan juga dibuat menyerang. Ia adalah pacar So Jung.
Oh iya, namaku Jung Eun Rim. Masa laluku cukup kelam. Dulu ada perampok yang pernah masuk kerumahku. Orang tuaku dan Daehyun sedang pergi. Yang ada hanya aku yang tidak pergi karna akan menghadapi ujian. Saat mereka menutup mulutku, aku memberontak dengan kencang sampai-mungkin-tangan perampok itu akan patah. Salah satu dari mereka membawa pisau lipat. Dan tanpa sengaja mengenai mata kiriku. Goresannya sampai sekarang masih membekas. Goresan itu lurus dari atas kebawah. Saat itu beruntungnya ada seorang namja yang berbaik hati menolongku.
Ah, aku juga kalau ingin menggunakan kekuatanku harus mengganti warna rambutku ke warna tertentu. Misalnya, aku ingin menggunakan kekuatan ice, aku harus mengubah warna rambutku jadi ungu. Caranya? Simple... hanya perlu memejamkan mata sejenak dan pikirkan warnanya. Maka warna rambutku akan berubah secara otomatis.
Dan sejak kejadian itu, mata kiriku jadi mempunyai kekuatan yang langka. Kalau kubuka mata kiriku, siapapun yang menatapnya maka akan terkena ilusi. Tapi, sehebat apapun kekuatan itu, pasti ada efek sampinya kan? Contohnya adalah saat Chouji di komik Naruto menggunakan pil terlarang keluarganya ada efek sampingnya kan? Kalau mataku, efek sampingnya adalah kalau terlalu lama membuka mata kiriku, tubuhku tak akan kuat menahan energi yang dikeluarkan mata kiriku. Sehingga akupun menjadi manusia serigala.
Suatu hari, salah satu murid sekolahku melaporkan kami kesebuah facility. Lalu kami dibawa paksa oleh orang facility itu. Kami hanya dapat pasrah. Saat sampai didepan facility entah kenapa aku merasa kesadaranku menipis. Lalu beberapa saat kemudian bersamaan dengan saat aku jatuh, terdengar bunyi jatuh dikanan dan kiriku...
*******
Saat aku terbangun yang ada hanya hamparan tembok putih bersih. "Hey Eun Rim, ireonasseo?" Tersengar suara hyunnie dari arah kanan. Aku segera menoleh kearah kanan dan melihat hyunnie sedang mengeluarkan kekuatannya untuk melakukan sesuatu pada So Jung.
"Ada apa dengan So Jung?" Tanyaku sambil merangkak kearah mereka. So Jung masih tertidur pulas. "Mereka memberi obat tidur dosis tinggi kedalam tubuhnya. Tapi, hanya So Jung. Kita diberikan dosis yang wajar.... aku sedang mencoba untuk mengeluarkannya." Kata Hyunnie sambil tetap fokus kepada So Jung.
"Kubantu!" Setelah berkata begitu, aku merubah warna rambutku menjadi Orange lalu mengcopy kekuatannya. Setelah itu aku meletakkan tanganku diatas tangan Hyunnie dan mulai mengeluarkan kekuatan yang ku-copy. Setelah berhasil mengeluarkan obat tidur sialan itu, mata So Jung sedikit demi sedikit mata So Jung mulai terbuka.
"Eun Rim eonni, Hyunnie eonni, uri eoddiseo?" Tanyanya dengan sangat pelan. Suaranya hampir tidak terdengar. "Kita didalam facility yang tadi..." jawabku dengan senyum. Tentu saja dia tak bisa melihatnya. "Aku tak bisa melihat satu arwahpun eonni..." katanya masih dengan suara pelan. Aku merasa kekuatannya akan berkurang kalau ia tak melihat arwah.
"Ya, So Jung-a... Gwenchana?" Tanya Hyunnie. "Gwenchanayo... eonni..." kata So Jung sambil tersenyum. Anehnya ia dapat tau posisi Hyunnie. Mungkin karena suara. Tiba-tiba pintu yang ada didekat ruangan terbuka dan muncul orang bermaskeryang membawa suatu kertas lusuh yang banyak selotipnya. Kelihatannya habis robek.
Aku dan Hyunnie otomatis segera bergerak melindungi So Jung. Hingga orang bermasker itu membuka maskernya dan mulai berbicara. "Jung Eun Rim, Kim Hyunnie, Moon So Jung... dimohon kalian untuk ikut saya..." kata orang itu. Kamipun mengikuti dia tanpa perlawanan. Aku mennuntun So Jung agar ia tak jatuh.
********
"Sajangnim... saya membawa 3 orang yang anda maksud..." kata orang bermasker tadi saat kita sampai didepan sebuah pintu dengan tulisan 'Kris' dalam hangeul. "Ne, buka saja pintunya..." jawab orang yang dipanggil sajangnim itu. "Hyunnie-a... apa kau ta merasa familiar dengan suara orang yang ada didalam itu?" Bisikku pada Hyunnie. "Tidak biasa saja..." jawab Hyunnie juga berbisik.
Aneh.... karna warna rambutku biru tua yang artinya kekuatanku Sky dragon slayer, pendengaran dan penciumanku lebih tajam. Tak mungkin aku salah orang kan? Itu sama sekali tidak lucu....
Pintupun terbuka dan didalam ruangan itu terlihat seorang namja dengan mata tajam dan wajah dingin nan cuek memandang kita bertiga dengan intens. Sedetik kemudian ia tersenyum lebar. Mungkin lebih mirip seringaian. Aku tersentak saat melihat wajahnya.
"Oramanieyo... Wufan-a.." aku berkata begitu sambil tersenyum. Aku ingat.... Wufan lah yang menyelamatkanku saat para perampok itu masuk kerumahku. "Heh... kau ingat dengan wajahku ya? Eun Rim-a...." kata Wufan sambil duduk dikursinya. "Nah... jadi kau pemilik facility ini?" Tanyaku to the point.
"Lebih tepatnya aboeji ku... dan juga sebelum 'mantan' temanmu melaporkanmu kesini aku sudah ingin membawamu kesini untuk melatih kekuatanmu..." katanya masih menyeringai. "Wah.... gomawo Wufan-a...." kataku masih dengan senyum. "Aniya... lagipula aboeji sudah menyelidiki semua orang yang memiliki kekuatan dan sudah memperhitungkan kalau mereka akan melapor" kata Wufan dengan wajah serius.
Aku hanya menampilkan senyum indahku sebagai tanda terima kasih padanya.
"Baiklah... aku akan menyuruh para pekerjaku untuk memasukan arwah ke kamar kalian... jadi, kalian kupanggil kesini untuk membuat perjanjian."wajah Wufan kembali menjadi serius. Entah apa maksudnya. "Perjanjian apa?" Tanyaku juga dengan wajah serius.
"Begini, disini ada 56 orang yang memiliki kekuatan. Dan 56 ini sudah termasuk kalian ber-6 yang sudah masuk lebih dari sebulan... kebetulan kami kekurangan orang untuk bagian pengetesan. Jadi... aku akan buat perjanjian dengan kalian. Eun Rim&So Jung kalian akan dijadikan petugas research yang menyamar bahan eksperimen. Dan Hyunnie... aku ingin kau membantu kami menyembuhkan seseorang..." jelas Wufan panjang lebar. Mataku terbelalak mendengar jumlah orang yang ada disini.
"56? Kalau dikurangi kita berenam berarti 50 orang?" tanyaku kaget. "Tadinya hanya 49, hanya saja 2 hari yang lalu ada 1 orang lagi yang masuk. Tapi, dia masih belum sadar." jawab Wufan tenang. "Aku menerimanya... jadi siapa yang harus kusembuhkan?" tanya Hyunnie. Nadanya terdengar serius. "Nanti kau akan tahu.." jawab Wufan.
"Kami berdua juga menerimanya..."kataku juga. kelihatannya menarik. " Hey, boleh kuminta kertas dan pulpen? Aku ingin mendaftar arwah yang harus kalian taruh dikamar!" pekik So Jung senang. Wufan pun mengambil secarik kertas dan pulpen. aku pun mengambilnya untuk membantu So Jung menulis. Ia membisikan nama arwah yang ia butuhkan. Saat ia membisikan satu nama, mataku terbelalak tak percaya.
"Hey hey, So Jung-a... kau yakin?"tanyaku masih syok. "Ne eonni... aku serius..."jawab So Jung dengan wajah serius. "Hah... susah tahu nyarinya.... apalagi ini udah punah beratus-ratus tahun yang lalu!!" kataku sambil menghela nafas.
"Gwenchana... eonni... aku tahu tempat dimana mereka belum punah..."kata So Jung sembari tersenyum. "Dimana... tempatnya...?" tanyaku pelan. Wufan dan Hyunnie kelihatan bingung dengan pembicaraan kami. "Fiore... mungkin lebih tepatnya kota Magnolia" jawab So Jung santai.
"Hey hey... tempat itu hanya ada reruntuhan disana... dan dari kabar yang tersebar, para naga menghancurkan tempat itu dan menjadikannya base camp! Memangnya kalian akan mendapat arwah apa disana?" bingung Wufan. So Jung hanya menyeringai mendengar perkataan Wufan.
"Tentu saja arwah naga.." jawab So Jung dengan senang hati
"EH??"
-TBC-
Next: Tao, Luhan, Xiumin, Chen, Lay, Park Yerin, Yoo Hika, Sandy Park, Nam Seorin, KIm Jo Yi and Wu Shi Yeon.
Akhirnya... ngepost juga .... DLDR ya....
Don't forget to RnR~
Rabu, 16 April 2014
On The Edge Of Something Real ─ Serenitie Oh
This whole story
is MINE. I write this all with my own hand. Copying isn’t allowed. Don’t you forget
about karma’s revenge.
Karma is crule.
Don’t you dare to fight with them.
And there’s a
clear diffenrence between ‘copying’ and ‘inspired’ Understand it.
.
SerenitieOh©Proundly Present:
“ On the edge of
something real.”
Exo Chaptered fanfic
.
“ From now on, I want to love you simply. From the
words that yet to say from the wood to the fire who make it an ash.”
.
Back song: Clarity─Zedd ft Foxes
Fall─Jonas Brothers
This story dedicated for someone who always
supporting me.
.
Seoul─South Korea
Sebuah
jendela besar yang dihias dengan gorden putih
menganga lebar menyebabkan cahaya bulan purnama menjadi tata lampu alami yang
menyinari ruangan yang didasari warna putih itu. Tata lampu yang mencengangkan
itu menyorot lurus seorang gadis dengan bathrobe
putih layaknya seorang panutan. Rambut keemasaanya yang basah merambati punggungnya.
Wajahnya yang cantik tertekuk dengan alis mata menukik kebawah─pertanda tak
senang. Jari jemari lentiknya yang dihiasi kuteks
pink dengan cermat memasukkan barang-barang yang ia anggap penting kedalam backpack-nya
Hari
ini dimana ia akan bertemu dengan keluarga barunya. Ia memang sudah mengganti
marganya─menjadi Oh sejak tahun lalu. Namun ini akan menjadi pertama kalinya
berjumpa dengan daddy dan saudara tak
sedarahnya.
Jangan
heran mengapa mereka tidak tinggal seatap. Ia benci orang asing, meskipun ia
dengan senang hati mengikuti sisi mommynya
dan dengan lapang dada menerima keputusan orang yang telah melahirkannya itu
dengan menikahi seseorang bermarga Oh, bukan berarti ia rela tinggal seatap
dengan mereka. Jadi, ia memutuskan untuk menetap di suite room Hotel Zeus─milik daddy
biologisnya; Mr.Yoo
Dengan
wataknya yang cuek, ia malah akan membuat suasana dirumah itu menjadi canggung.
Dan karna wataknya itu juga, ia tak pernah menghadiri apapun yang berbau
perkumpulan─seluruh─anggota─keluarga. Ia juga benci hal-hal seperti itu,
terkesan tak berguna.
Tapi,
karna ia dibesarkan dikeluarga terhormat. Ia perlu menghadiri acara makan malam
ini dengan lancar. Ia juga perlu mendapat kesan pertama yang baik dari daddynya dan saudara tirinya.
Ngomong-ngomong,
salah satu alasan mengapa ia setuju menghadiri acara makan malam bersama itu
juga karna ia merasa familier dengan nama bakal kakaknya. Oh Sehun. Sepertinya
ia pernah mengenal nama ini dulu.
Rachel
menyeka rambut keemasaanya yang sudah menjadi ikal bervolume dan tak lupa ia
mematut dirinya di cermin─yang menunjukkan sesosok gadis muda cantik yang
mengenakan floor length dress dazzling
with swarovski crystal.
“
Fighting! You can do this, Rachel Oh!” Gumamnya
.
Sehun
menatap kedua orangtuanya yang ada di sebrang sebuah meja panjang yang
memisahkan mereka, kemudian pandangannya terpati pada bangku kosong di
sampingnya─yang disediakan untuk bakal adiknya.
To be honest,
ia tak masalah dengan fakta bahwa ayahnya menikahi seseorang yang pernah gagal
dan pernikahannya. Ia tak pernah perduli dengan apa yang dilakukan orangtua
kolot itu. Namun, ia benci fakta bahwa ia akan memiliki adik. Adik tiri. Gosh.
Ia
cukup menyukai gelar anak tunggal yang ia sandang, namun inilah kehidupan,
selalu mengembalikannya ke kenyataan bahwa ia akan memiliki adik. Seorang gadis
remaja. Seorang gadis yang bahkan tak sudi tinggal dengan Sehun dan kedua
orangtuanya. Gadis yang pastinya manja, egois dan berisik.
Rachel
Yoo─ah Rachel Oh. Nama gadis yang akan menjadi bakal adiknya. Nama yang anehnya
terdengar familier di telinga Sehun. Namanya terasa menyenangkan saat lidah
Sehun mengejanya. Tapi, itu takkan mengagalkan fakta bahwa Sehun membencinya.
“
Well, sepertinya Rachel akan
terlambat,” Tuan Oh membentangkan serbet putih ke pengkuannya membuat Nyonya Oh
menahan nafasnya, panik.
“
Jadi?” serobot Sehun─ia benci menunggu orang yang sudah ada di list orang asing. Kalau saja orangtua
sialan di depannya ini tidak mengancam akan menyita seluruh fasilitas yang
Sehun nikmati sekarang, mungkin ia takkan berada disini.
“
Dia anggota keluarga kita sekarang, jadi satu-satunya hal yang dapat kita
lakukan adalah menunggunya,” putus Tuan Oh membuat Nyonya Oh mendesah lega
“
Desole,” Maaf. ”Aku terlambat.”
Sebuah suara sehalus genta angin yang anehnya familier di telinga Sehun
membuatnya mendogak dan menemukan sebuah wajah runcing yang memiliki kesan
fotogenetik yang menarik, tipe wajah bule─yang mana berbanding balik dengan
wajah Sehun yang asli Asian.
Wajah
dan suara serta nama yang familier. Apa gadis ini teman masa kecilnya semasa ia
tinggal di Jepang? Tidak mungkin, Sehun menggelengkan wajahnya. Mukanya sama
sekali tak menunjukkan bahwa ia penduduk Jepang. Sehun menyergai kearahnya
namun gadis itu balas tersenyum mengejek kearah Sehun.
Jadi, mau melawan, eoh?─Fikirnya.
Ia kehilangan permainan semenjak Kwang-hee─bahan bullying pindah dan sepertinya adik tirinya akan menjadi pengganti
yang setara.
“
Jangan menatapnya begitu, Sehunna. Ingat, ia adikmu,” tegur Tuan Oh membuat
gadis berambut keemasan di sampingnya terkekeh mengejek.
Dan,
selanjutnya keheningan menyapa, terkadang Tuan Oh mencoba berbasa-basi atau
sesekali dentingan pisau, garpu dan sendok yang bergesekan memenuhi atmosfir
tak nyaman itu yang membuat Rachel melengos malas, ia sudah memperkirakan makan
malam ini akan dipenuhi kecanggungan, namun tak separah ini.
.
“
Sorry?” ulang Rachel saat Tuan Oh
menyatakan pendapatnya─tentang jam sudah terlalu malam untuk seorang gadis
mengendarai mobil sendirian dan mendesak Rachel agar tinggal.
“
Appa-mu benar, Rach. Sekarang sudah
terlalu malam untuk seorang gadis mengendarai mobil seorang diri,” tambah
Nyonya Oh sembari memandang McLarren hitam-kuning milik anak biologisnya.
“
Aku bisa meminta Kris untuk menjemputku.” Gadis itu nampak belum kehabisan
akal.
“
Kris?” ulang Tuan Oh
“
Her boyfriend,” Jawab Nyonya Oh
membuat Tuan Oh mengangguk-angguk dan membuat Sehun terkekeh
Jadi, gadis sombong dan tampak menyebalkan ini sudah
memiliki pacar? Aku turut bersedih bagi pacarnya─Ejeknya
dalam hati
“
He’s not!” Bantah Rachel cepat
“
Oke, jika ia bukan pacarmu, bagaimana bisa seseorang yang bisa dibilang orang
asing mengantarmu pulang disaat tengah malam? Bagaimana jika terjadi apa-apa?”
tanya Tuan Oh yang membuat Rachel mendesis dan Sehun tertawa kecil
Ketakutan orangtua ini sangat tak berdasar─batin
Rachel kesal
Well, ia tahu ia hanya anak
berumur 15 tahun yang kebetulan pintar dan oleh karna itu ia duduk di bangku
kelas 11, namun ia jelas-jelas mendapat sabuk hitam strip merah dari taekwondo dan ia juga memiliki seonggok Bretta92─hasil dari mengikuti les
menembak selama 6tahun, jadi nothing to
worry, right?
“
Ia temanku, teman baikku,” Jawab Rachel singkat mengkhianati hatinya
“
Dengar, seorang teman dapat melakukan sesuatu yang buruk juga, bukan? Lagipula,
kau sudah setahun resmi menjadi anggota keluarga Oh, namun sekalipun kau belum
pernah berkunjung ke rumahmu yang asli,”
Curse you! Rachel hanya
mendengus sebelum mengagguk mengalah, lagipula, untuk apa ia menyanggah setiap
perkataan orangtua bangka sialan di
hadapannya ini? Sepertinya orangtua ini hebat dalam permainan kata-kata.
“
Jadi, kau dapat menempati kamar paling besar di lantai dua,” vonis Tuan Oh
membuat Rachel menaikkan sebelah alisnya.
Mommynya pernah berkata bahwa lantai dua di rumah ini adalah tempat dimana
para maid tidur. Ia jelas tersinggung.
.”
Jadi, apa anda baru saja menyuruh saya tidur dengan para orang-orang ini?!” tanya Rachel sakartis.
“
Oh, kau tak mau?” Tuan Oh menaikkan sebelah alisnya, anak ini memiliki harga
diri yang tinggi juga,” Kalau bagitu, kau dapat berbagi kamar dengan Sehun.”
Pemuda
pucat yang dimaksud; yang tengah adem ayem itu hampir menyemburkan susu yang
baru saja ia minum, sebelum menatap horror
ayahnya dan Rachel yang mengangguk semangat
“
Bukankah itu baik untuk semakin mendekatkan hubungan kita, oppa?” ujar Rachel dengan nada manis yang dibuat-buat kemudian
merangkul Sehun membuat pemuda itu mendelik.
Gadis sialan!─Kutuk
Sehun
.
“ Hei, kau fikir apa yang kau lakukan?” tegur
Sehun saat dilihatnya adiknya tengah terlentang di kasurnya.
“
Aku tidur, apalagi?”
“
Minggir! Ini kasurku!” Sehun menendang gadis itu hingga terdengar bunyi
berdebum yang kencang
“
Hey, bodoh. Aku yang duluan tertidur disini!”
“
Aku tak suka orang asing menempati kawasanku.” Jawab Sehun sebelum menggelung
dirinya di selimut
“
Aku yang tidur disini, kau laki-laki bukan?”
BRUK!
Sebuah
bantal dan selimut dilemparkan dari atas ranjang dan langsung menimbun tubuh
mungil Rachel membuat gadis itu memekik kemudian berjalan gontai kearah sofa
yang terletak di samping ranjang.
Sehun
membuka matanya saat dirasa musuhnya sudah tertidur. Dan, benar saja, gadis itu
sudah tertidur dengan muka damai, seolah-olah ia malaikat yang membuat Sehun
mencibir. Agaknya ia tak tega membiarkan gadis itu tertidur di sofat. Sehun
meringis saat merasakan berat badan gadis yang tengah ia gendong terlalu
ringan, apa gadis ini kekurangan makanan atau dalam program diet? Ia kemudian
membaringkan tubuh mungil itu di kasurnya dengan pelan, takut-takut
membangungkannya.
Tangannya
menyeka beberapa helai keemasaan yang menutupi wajah adiknya. Selama ini ia
menyangkal kehadiran gadis di depannya, bukankah memalukan memiliki adik tiri?
Ia tak membenci Rachel, ia hanya membenci posisi Rachel dalam hidupnya.
Haruskah sebagai adik tirinya? Sehun sedikit banyak tak ingin menyangkal
keberadaanya, namun ia harus. Itu demi menjaga nama baik dia dan adiknya, ia
yakin adiknya juga akan berfikir begitu.
Sembur
ia, tolong.
Apa
ia baru saja mengasihani gadis sombong ini? Tangannya kemudian dengan ragu
terangkat dari rambut adiknya. Apa sekarang gadis ini menjadi adik
kesayangannya? Sehun tersenyum, biarlah waktu yang menjawabnya
.
Rachel
mematut membenahi lagi dasi hitam yang menjadi seragamnya. Kemudian menatap
Sehun yang masih tertidur pulas di sofa, seingatnya ia yang seharusnya dalam
posisi Sehun, tapi, mungkin saja itu hanya mimpi, bukan? Mana mungkin pemuda
angkuh itu mengangkatnya ke ranjang. Membanyangkannya saja sudah membuatnya ngeri.
Sinar
keemasan matahari mulai membias melewati jendela kamar Sehun. Tak ingin
membuang waktu, ia memanggul backpack
putihnya kemudian melonggokan kepalanya kearah jendela Sehun yang telah ia
buka, jaraknya ke tanah lumayan jauh. Jika ia salah melangkah, minimum ia akan
mengalami patah tulang.
BRUK!
Rachel
mendarat dengan mulus, kemudian dengan cepat berlari kearah gerbang yang
menghalangi mantion keluarga Oh
dengan dunia luar yang nampak berdiri kokoh. Ia merunduk saat siluetnya hampir
terlihat oleh bodyguard yang menjaga
gerbang itu. Air wajahnya menjadi cerah saat melihat tangga yang ia siapkan
kemarin malam masih dengan manis menghiasi pojok bagian kiri gerbang itu.
DOR!
DOR!
Suara
mesiu yang diledakkan di udara terdengar memekikan telinga, Rachel terkekeh
mendengarnya. Kris dan teman-temannya pasti sedang beraksi. Seketika bodyguard yang mengantuk itu langsung
terjaga dan dengan sigap memeriksa apa yang terjadi.
Gadis itu memutuskan untuk meloncat dan─
─BRUKK!
Ia
dengan cantiknya mendarat di kursi penumpang Aventador putih milik pemuda blonde di sampingnya, yang duduk di
bagian kemudi─Kris. Kap Aventadornya dibuka menjadi convertible agar memudahkan kawannya mendarat dengan selamat.
“
Aku merasa seperti Jackie Chan, kau tahu?” ujar Rachel sebelum menyerobot
sebuah kacamata hitam di dasbor mobil Kris membuat pemilik mobilnya terbahak
“
Kau takkan tahu betapa menegangkannya menculik putri bungsu seorang Yakuza
terkenal,”
“
Mana yang lain?” Rachel mengalihkan pandangannya kearah kaca spion Kris dan
tersenyum saat menemukan sebuah Porsche abu-abu dan La Ferrari merah terparkir
manis dibelakang mereka.
“
JongIn dan Baekhyun belum hadir,” jawab pemuda itu kalem
“
Orangtua sialan itu sangat kolot,” gumamnya.” Sangat kolot hingga kau
membencinya.” Tangannya kemudian membuat pola memutar yang aneh di pahanya.
“
Bagaimana makan malamnya?”
“
Sangat membosankan, ia hanya terus berbicara bla bla bla, saudara tiriku juga sangat menyebalkan. Sangat, sangat
menyebalkan.”
“
Sialan!” Kris tiba-tiba memekik dan
melemparkan kacamata yang ia gunakan ke dasbor sebelum menstater mobilnya.,
mengabaikan tatapan bertanya dari Rachel
“
Lihat kebelakang, bodyguard-bodyguard
milik appa-mu mengejar kita,
sepertinya orangtua bangka itu lebih pintar dari yang aku bayangkan,” Kris
berdecak sebelum menjalankan mobilnya dengan cepat.
“
Bagaimana dengan JongIn dan Baekhyun?”
“
Mereka berusaha mengatasi kakakmu,”
“
Apa?!”
“
Aston Martin hitam dibelakang kita, milik kakakmu, bukan?” tanya Kris membuat
Rachel menatap kaca spion dan mengerang sempurna saat menemukan wajah menyergai
Sehun di dalam kaca hitam mobil mewah itu.
.
“
SEHUN! OH SEHUN!” Seseorang menggedor pintu kamar Sehun dengan kencang membuat
pemuda pucat itu terbangun dengan kaget, menyadari adiknya menghilang dan
jendela yang terbuka, ia cepat-cepat membuka pintu itu dan menemukan Nyonya Oh
yang nampak shock.
“
Eomma, waeyo?”
“
Adikmu, Rachel, kejar dia,” ujar Nyonya Oh terpatah-patah
“
Apa jendela yang terbuka itu berhubungan dengannya?” Sehun menunjuk jendela
besar yang ada di atas kepala ranjangnya yang terbuka lebar, membuat gorden biru nya berkibar-kibar oleh
helaian angin.
“
Gadis itu kabur,” potong Tuan Oh yang kini berada dibelakang Nyonya Oh
“
Teman-temannya mengecoh kita.”
Sehun
kemudian teringat percakapan adiknya dengan seseorang di telfon. Mereka
membicarakan tentang pagi hari, kabur dan hal-hal lainnya. Jadi, gadis ini
merencanakan ini, eoh?
“
Aku lupa bahwa ia mengikuti taekwondo, jadi ini alasan mengapa ia tidak ingin
ditempatkan di lantai dua,” ujar Tuan Oh
“
Kejar dia!”
Sehun
mengangguk saat melihat eomma-nya
menjadi histeris. Badannya yang ramping dan selincah cheetah itu memasuki Aston Martin miliknya, memang bukan mobil yang
dapat mengalahi kecepatan La Ferrari atau Aventador namun setidaknya dapat
memperlambat mereka.
Kakinya
tak pernah hengkang dari pedal gas saat dilihatnya sebuah Aventador mengilap
dengan kap terbuka menjadi convertible melaju
cepat di depannya. Rambut keemasan adiknya berkibar akibat ulah angin membuat
Sehun gemas
Apa gadis ini fikir semua ini hanya permainan?
Mengapa ia membuat semuanya menjadi rumit? Apa susahnya menjadi anak patuh
selama seminggu?
Sebuah
McLarren hitam mengisi jarak diantara mobil mewah Sehun dengan Aventador itu
membuat Sehun mengerang, mobil ini sengaja menghalangi jarak pandanganya.
Gadis
itu pastinya melarikan diri tidak seorang diri. Pasti ada beberapa orang ahli
yang membantunya, termasuk orang yang mengendarai Aventador putih mengilap itu.
McLarren di depannya pasti termasuk salah satu temannya.
McLarren
hitam itu memotong Aventador didepannya─melaju kencang membuat Sehun terkekeh.
Kini, ia dapat melihat dengan jelas targetnya.
.
Rachel
menoleh kearah Kris seakan temannya yang sekarang duduk di balik kemudi itu
adalah orang gila, Ia tak menyangkan Kris yang menyandang gelar Drift King─DK terlihat seperti pemula di
jalan besar seperti sekarang.
“
Hey, Wu Yi Fan! Apa yang kau lakukan? Kau benar-benar ingin aku terkurung dalam
mantion itu, eoh? Kendarai mobil ini
dengan baik, bodoh!” pekiknya
“
Kau ingin mati? Aku akan melanggar batas kecepatan jika lebih cepat dari ini!”
“
Persetan dengan batas kecepatan, dan dimana Baekhyun dan JongIn? Kenapa mereka
dengan seenaknya meninggalkan kita dibelakang?”
“
Baekhyun memberi pesan bahwa ia belum mengerjakan tugas kimia, jadi, ia meminta
izin untuk meninggalkan kita,”
“ Untuk sekarang, buat jarak sebanyak mungkin
dengannya─”
“
Itu yang sedang aku lakukan, Rachel Oh!” pekik Kris gemas memotong perkataan
gadis di sampingnya
“
Jangan memotong perkataanku, bodoh! Sekarang, buat jarak sebanyak mungkin
dengannya, saat sudah cukup jauh, biarkan aku yang menyetir!”
Kris
menghentikkan mobilnya saat dilihatnya Aston Martin itu masih tertinggal di
belakang. Dengan cepat gadis itu memegang kendali dan tanpa menunggu aba-aba
kakinya yang terbalut ankle shoes
coklat menekan pedal gas membuat Kris hampir terjungkal
.
Sehun
terus mencoba untuk menyamakan kecepatannya dengan mobil yang ada di depannya,
namun sia-sia saja, jarak selalu bisa memisahkan mereka. Satu fakta yang
membuat Sehun tercenung, adiknya dapat menyetir bahkan lebih hebat daripada
pemuda pirang disampingnya.
Sepertinya
mereka bertukar posisi saat Sehun berhenti sebentar untuk mengechek ponselnya.
Tangannya kemudian mendial sebuah
nomor.
“
Kau bisa mengawasi seseorang untukku, bukan?” tanya Sehun pada seseorang di
sebrang yang terdengar ribut─sepertinya orang di sebrang sana juga menggunakan free-hands seperti dirinya.
“
Siapa?” sahut suara disebrang
“
Seorang gadis, murid SMA, seragamnya berwarna redmaroon, aku juga memerlukan tempat dimana ia bersekolah.”
“
ILS.”
“
Ya?” ulang Sehun
“
Kau ingin aku menyelidiki adikmu, bukan? Ia bersekolah di ILS, sekolah yang
bertetangga denganmu.” suara di sebrang terdengar mengejek
“
Bagaimana kau tahu?” tanya Sehun tercekat
“
Semua orang sedang membicarakannya. Putri bungsu dari seorang yakuza pemilik red dragon melarikan diri dari mantion dan putra sulungnya mengejarnya
lalu terjadilah acara kejar-mengejar, selalu ingat bahwa kamera ada di
mana-mana.”
“
Kalau begitu, gomawo, Taehyung. See you then in school,” pemuda itu
kemudian menyergai.
You’re gonna pay for this, Rachel, extremely
expensive.
─To
Be Continued─
540.WHEW. I
really hope it was okay, orz.
Who’s Taehyung?
I bet all of you know Taehyung, but about who is taehyung in this fic and about taehyung’s gender you can find it
out on next chapter. And why Rachel run away from Oh’s mantion? Tune in to find
out lolol /insert dinsey’s evil laugh/
Next update
miiiight be within the week. I’m having a little trouble with Rachel’s
character, it’s so hard to changed her character to cheerful girl cause she
used to be a cold person but nevermind, I still hope you’ll like everything
about this story.
And, i’ve got
something nice for you guys next chapter or on next next chapter? It’s
not good as I hoped it would be ( my writing sucks) but the feeling’s there,
and I hope you’ll like it.
I give ma best
on this fanfic! By the way this is my first chaptered fanfic, please look
forward on me!
This fic’s genre
are incest and GS. Don’t worry, i still make official couple of exo
And please
please please comment!
SerenitieOh©luv!
Rabu, 09 April 2014
Tragedy : An End?
A/N: Just like the previous warn, copying and inspired are different. Enjoy.
---
Sudah 1 bulan sejak perginya Tuan Do, dan stadium Kyungsoo bertambah parah karena terpukulnya kepergian serta rahasia keluarga Do yang ayahnya rahasiakan selama ini.
Hal yang seharusnya Kyungsoo ketahui dari dulu.
Hal itu memang tidak ada kaitannya dengan kejadian sekarang--the present, tapi hal itu dapat menjelaskan perlakuan Clarine terhadapnya. Setidaknya biarkan Kyungsoo mengetahui kenyataannya sebelum menduga hal yang buruk terhadap Clarine.
Walaupun Clarine memang buruk bagi Kyungsoo, sebelum dan setelah mengetahui rahasia keluarganya.
Kenyataan ini seperti sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Kenyataan yang membuat Kyungsoo membenci hidup. Ia merasa tidak berguna. Cliché memang, tapi mau apa lagi. Dia benar-benar merasa seperti itu.
Dan disinilah Kyungsoo sekarang. Di balkon apertemen Jongin, mengingat bahwa kakaknya, Seongsoo sudah kembali ke rutinitas kerjanya yang membosankan karena cutinya sudah habis, dan karena Kyungsoo tidak sedang ingin melihat wajah Clarine.
Kyungsoo lebih menyukai tinggal bersama Jongin walaupun Jongin harus sekolah dan pergi meninggalkannya beberapa jam daripada harus tinggal di rumah aslinya yang lebih seperti neraka karena kehadiran Clarine. Dua hal yang sangat jelas dan berbeda.
Jadi Kyungsoo berada sendirian sekarang. Dengan hati-hati, Kyungsoo menyeruput teh yang ada di depannya karena larangan dokter yang mengatakan bahwa ia tidak boleh minum kopi. Dia menikmati rasa tawar dari teh itu di indra pengecapannya, lalu meletakkan kembali gelas teh itu ke mejanya.
Dengan helaan nafas yang sangat panjang, Kyungsoo mulai melantunkan sebaris lagu dari Jonas Brothers yang berjudul Fall.
"On the edge of something real."
Di ujung sesuatu yang nyata. Kenyataan dari rahasia keluarga Do yang menyedihkan.
"I have a choice, but I don't know what to feel."
Aku memiliki pilihan, tetapi aku tidak tahu harus merasakan apa. Kyungsoo bisa saja memilih, marah dengan Clarine atau melakukan apa yang ia mau, tapi entahlah, dia tidak terlalu yakin.
"Getting tired of all this fear."
Lelah akan semua rasa takut ini. Takut akan melihat wajah Clarine, takut akan kehilangan hidupnya, tapi di sisi lain, dia tidak ingin hidup lagi.
"Before I'll choose, let me know that you'll be here."
Sebelum aku memilih, biarlah aku tahu bahwa kau akan ada disini.
Satu bulir bening mulai turun dari mata Kyungsoo, membasahi pipi Kyungsoo yang lembut. Dia tahu ini akan terkesan bodoh, menyedihkan dan memalukan bagi seorang Kyungsoo, tapi mau bagaimana lagi. Dia sedang sendiri sekarang, jadi dia pikir tidak akan jadi masalah jika dia menangis.
Dia sadar dia harus melewati ini sendirian.
Dia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain, maupun Jongin atau Seongsoo. Dia harus menyelesaikan semua ini sendirian; penyakit sialan yang menggerogoti tubuhnya, dan mulai menerima kenyataan.
Kyungsoo mengepal tangannya, merasa mendapat ide yang brilian.
---
Jongin membuka pintu apertemennya dengan penuh rasa semangat, "hey, bud! Aku membawakanmu sesuatu!" Dia lalu berlari berjingkrak-jingkrak ke kamar tamu, kamar yang ditempati Kyungsoo selama berada di apertemennya.
Dia lalu meletakkan kantung belanjaannya di meja samping tempat tidur, lalu tersenyum lebar seraya berkacak pinggang. Dia juga meletakkan tas sekolahnya sembarang di kasur Kyungsoo dan berniat untuk melihat wajah marah Kyungsoo sebelum meletakkan tasnya dengan benar.
Jongin dan Kyungsoo memang teman masa kecil, tapi sebenarnya Kyungsoo lebih tua dari Jongin. Mereka juga sekelas di kampusnya, karena Jongin bergabung 1 tahun lebih dulu dari anak-anak satu line dengannya, dan karena dia lahir pada bulan Januari.
Jongin lalu berlari kecil ke balkon, merasa bahwa Kyungsoo mungkin berada disana. Tapi nihil, yang ada hanya gelas teh yang belum habis. Di kamarnya juga tidak ada. Dan di kamar mandi juga tidak ada.
Dia berniat untuk menelpon Kyungsoo, tapi dia menyadari bahwa ponselnya sedang dalam keadaan lowbatt, jadi dia hanya menghela nafas dan men-charge ponselnya dan menunggu.
Dia harap Kyungsoo hanya pergi ke supermarket dan akan kembali sesaat lagi dengan selamat. Meskipun ia tahu keadaannya sekarang tidak memungkinkannya untuk pergi kemana-mana.
Dia lalu menjatuhkan diri di sofanya yang empuk, lalu menghela nafas. Dia berdiri lagi lalu pergi ke balkon, dan berakhir berfikir keras di kamarnya. Dia menghela nafas lagi untuk yang ke sekian kali, lalu mencabut kabel charge dari ponselnya. Dia lalu menghidupkan ponselnya, untuk mengisi kebosanannya.
Tebak apa yang di temukannya; 3 Missed Call from Kyungsoo.
Sepersekian detik kemudian, ponsel Jongin bergetar lagi dan menampilkan nama yang sama. Kyungsoo. Tanpa ragu-ragu, dia mengangkatnya dengan penuh semangat.
"Hyung! Maksudku, Kyung! Cepatlah pulang, aku membelikan sesuatu yang akan sangat kau sukai. Dan ehrm, kuharap kau tidak lama, kau tahu aku benci menunggu."
Lalu dia menutup panggilannya dan mengcharge kembali ponselnya. Dia memasang seringai yang sangat lebar di wajahnya.
---
Clarine merapikan jas kerjanya, lalu menyalakan mobilnya. Merasa sangat segar untuk memulai hari. Tak lama kemudian, ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk.
Do Kyungsoo.
Dia lalu menyetir mobilnya, menghiraukan panggilan masuk dari nomor Kyungsoo.
---
Seongsoo mendecak sebal, bawahannya kali ini sudah keterlaluan. Selama dia pergi, bawahannya malah mengadakan pesta ulang tahun salah satu karyawan dan meninggalkan struk belanja di meja kerjanya.
Dia mengumpat beberapa kali, lalu berhenti ketika ponselnya bergetar. Satu panggilan masuk dari nomor Kyungsoo. Dia agak bingung, tapi akhirnya dia menyadari bahwa mungkin adiknya itu bosan akan penyakitnya dan merindukan kakaknya sendiri. Pemikirannya itu membuat dia tersenyum dan mengangkat panggilan dari Kyungsoo.
"Hei, adikku yang manis. How's life?" Guraunya untuk menghangatkan suasana
"Uhrm. Maaf."
Kyungsoo?
"O-oh." Seongsoo berdeham, "silahkan bicara."
"Kami menemukan kecelakaan mobil di jalan xxx. Tak ada korban jiwa di jalan, tapi orang yang berada di dalamnya terluka. Kami sudah menghubungi speed dial di ponselnya tapi orang itu hanya berbicara sebentar dan menutup panggilannya. Jadi, tolong tiba di Rumah Sakit XXX secepatnya."
Kecelakaan? Yang benar saja.
"Baik. Terimakasih," Seongsoo berucap formal lalu mengakhiri panggilannya.
Ini gila. Dia masih belum bisa mencerna kata-kata orang tadi. Tepatnya, belum bisa percaya. Dia juga tidak bisa dengan cepat pergi menuju Rumah Sakit XXX, dia berada di tempat yang sangat jauh dari darah rumahnya.
Jadi dia memanggil salah satu karyawannya untuk memesan satu tiket ke kota halamannya. Dan sebelum mengambil jas kerjanya dan akan pergi ke rumah, dia mengirim pesan suara untuk Jongin.
"Kyungsoo kecelakaan. Pergilah ke Rumah Sakit XXX dan temui pasien atas nama Do Kyungsoo. Cepat."
Setidaknya, ada orang yang peduli dengan Kyungsoo dan dapat Seongsoo percayai.
---
3 jam sudah berlalu sejak Jongin tiba di Rumah Sakit yang di beritahu Seongsoo. Sekarang Clarine juga ada bersamanya, menatap Kyungsoo yang matanya terpejam damai dengan datar dan tidak menangis. Seongsoo bilang bahwa dia akan sampai dengan waktu 5 menit.
Suasana sangat canggung sampai Clarine menghela nafas.
"Anak ini ceroboh," Dia menggumam, "Ini adalah hukuman yang setimpal dengan perbuatannya."
Jongin menatap Clarine sengit. Clarine memang tidak pernah berbuat buruk pada Jongin, tapi saat ini Jongin ingin sekali memberi Clarine pelajaran. Dan dia sedang berusaha keras untuk menahannya.
"Anak ini bodoh," Clarine melanjutkan, "Dia tidak pernah memenuhi keinginanku. Dia selalu melawan. Anak yang buruk,"
Jongin sudah sangat sabar mendengarnya.
"Tak akan berbeda jika dia meninggal, kan?" Clarine terkekeh.
Jongin bergetar. Dia rasa dia tidak akan bisa tinggal diam.
"Anak ini.. dari dulu aku memang tidak pernah menginginkannya lahir."
"Diam, Clarine!" Seongsoo yang baru datang mencelanya dengan nafas terengah-engah, "Pernahkah kau merasakan berada di posisinya?! Aku sudah cukup sabar denganmu!"
Clarine terlonjak akan sikap Seongsoo yang tidak memanggilnya ibu. "Aku? Di posisinya? Aku akan mencoba bunuh diri."
"Dan itu lah yang dia coba lakukan sekarang!" Pekik Seongsoo, nadanya sangat tinggi. "Dia tertekan dari dulu! Dia pikir kau ibunya! Dia pikir kau membentaknya karena kau menyayanginya sebagai seorang anak!"
Clarine tertegun.
"Aku juga sebenernya muak dengan caramu memperlakukan Kyungsoo." Jongin angkat bicara, "Maaf, maaf. Hanya menyampaikan pendapat. Kita hidup di negara demokrasi, jadi kurasa tak apa jika aku berpendapat." Jongin tersenyum, lalu mulai terlihat serius lagi. "Kyungsoo terlihat seperti mayat di sekolah belakangan ini. Tidak memperhatikan guru, kebanyakan melamun."
Seongsoo tersenyum pada Jongin, "Terimakasih karena sudah memperhatikan Kyungsoo dengan sangat baik," Dia cepat-cepat menunduk, memperlihatkan rasa terima kasih yang sangat dalamnya.
"Sudah menjadi tugasku," ujar Jongin cepat dan masih terlihat serius. "Kyungsoo..," dia memanggil nama sahabatnya dengan bergumam, berharap sahabatnya itu bisa bangun lagi.
Kyungsoo membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali, lalu menatap Seongsoo dan Jongin bergantian. Dia tersenyum, lalu mulai menatap Clarine bengis. "Aku membencimu," ujarnya pelan-pelan.
Clarine bergetar, setetes bulir air mata turun membasahi pipinya, "Sudah seharusnya." Ujarnya dingin, berusaha terlihat tegar di depan anak-anaknya.
Lalu dokter datang dan suster menyiapkan alat medis. Seperti deja vu. Dari sayup sayup suara gemercik alat medis, Jongin mendengar suara yang terdengar lirih. "Maaf karena sudah membuatmu melahirkanku,"
---
Berkas-berkas itu. Berkas pernikahan Clarine dan Tuan Do yang tidak sah, dan surat Tuan Do untuk Kyungsoo untuk yang terakhir kalinya.
Kyungsoo putraku,
Maaf karena baru memberitahumu tentang hal ini. Tapi aku harus memberitahumu. Jadi kami--aku dan Clarine bukan menikah karena cinta. Kami menikah karena ada kau yang terbuat karena kelalaian kami. Maka dari itu jangan membenci dirimu sendiri, bencilah aku. Ini salahku. Maaf karena sudah membuatmu menjadi aib keluarga. Maaf karena sudah membuatmu menderita akibat perbuatan Clarine. Maaf.
Seongsoo merupakan anak asli Clarine, jadi dia lebih menyayanginya. Maaf karena sikap Clarine yang pilih kasih.
Intinya, maaf. Maaf karena sudah membuat hidupmu menjadi buruk.
Ayahmu,
Do Geunsoo.
---Finn.
Well hore. Akhirnya selesai.
Tapi sad ya. Gua kurang dapet feel-nya. Gua tebak, kalian pasti cuma cengo. Baiklah.
See you on my next project then.
Sad cheers?
Slender.
---
Sudah 1 bulan sejak perginya Tuan Do, dan stadium Kyungsoo bertambah parah karena terpukulnya kepergian serta rahasia keluarga Do yang ayahnya rahasiakan selama ini.
Hal yang seharusnya Kyungsoo ketahui dari dulu.
Hal itu memang tidak ada kaitannya dengan kejadian sekarang--the present, tapi hal itu dapat menjelaskan perlakuan Clarine terhadapnya. Setidaknya biarkan Kyungsoo mengetahui kenyataannya sebelum menduga hal yang buruk terhadap Clarine.
Walaupun Clarine memang buruk bagi Kyungsoo, sebelum dan setelah mengetahui rahasia keluarganya.
Kenyataan ini seperti sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Kenyataan yang membuat Kyungsoo membenci hidup. Ia merasa tidak berguna. Cliché memang, tapi mau apa lagi. Dia benar-benar merasa seperti itu.
Dan disinilah Kyungsoo sekarang. Di balkon apertemen Jongin, mengingat bahwa kakaknya, Seongsoo sudah kembali ke rutinitas kerjanya yang membosankan karena cutinya sudah habis, dan karena Kyungsoo tidak sedang ingin melihat wajah Clarine.
Kyungsoo lebih menyukai tinggal bersama Jongin walaupun Jongin harus sekolah dan pergi meninggalkannya beberapa jam daripada harus tinggal di rumah aslinya yang lebih seperti neraka karena kehadiran Clarine. Dua hal yang sangat jelas dan berbeda.
Jadi Kyungsoo berada sendirian sekarang. Dengan hati-hati, Kyungsoo menyeruput teh yang ada di depannya karena larangan dokter yang mengatakan bahwa ia tidak boleh minum kopi. Dia menikmati rasa tawar dari teh itu di indra pengecapannya, lalu meletakkan kembali gelas teh itu ke mejanya.
Dengan helaan nafas yang sangat panjang, Kyungsoo mulai melantunkan sebaris lagu dari Jonas Brothers yang berjudul Fall.
"On the edge of something real."
Di ujung sesuatu yang nyata. Kenyataan dari rahasia keluarga Do yang menyedihkan.
"I have a choice, but I don't know what to feel."
Aku memiliki pilihan, tetapi aku tidak tahu harus merasakan apa. Kyungsoo bisa saja memilih, marah dengan Clarine atau melakukan apa yang ia mau, tapi entahlah, dia tidak terlalu yakin.
"Getting tired of all this fear."
Lelah akan semua rasa takut ini. Takut akan melihat wajah Clarine, takut akan kehilangan hidupnya, tapi di sisi lain, dia tidak ingin hidup lagi.
"Before I'll choose, let me know that you'll be here."
Sebelum aku memilih, biarlah aku tahu bahwa kau akan ada disini.
Satu bulir bening mulai turun dari mata Kyungsoo, membasahi pipi Kyungsoo yang lembut. Dia tahu ini akan terkesan bodoh, menyedihkan dan memalukan bagi seorang Kyungsoo, tapi mau bagaimana lagi. Dia sedang sendiri sekarang, jadi dia pikir tidak akan jadi masalah jika dia menangis.
Dia sadar dia harus melewati ini sendirian.
Dia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain, maupun Jongin atau Seongsoo. Dia harus menyelesaikan semua ini sendirian; penyakit sialan yang menggerogoti tubuhnya, dan mulai menerima kenyataan.
Kyungsoo mengepal tangannya, merasa mendapat ide yang brilian.
---
Jongin membuka pintu apertemennya dengan penuh rasa semangat, "hey, bud! Aku membawakanmu sesuatu!" Dia lalu berlari berjingkrak-jingkrak ke kamar tamu, kamar yang ditempati Kyungsoo selama berada di apertemennya.
Dia lalu meletakkan kantung belanjaannya di meja samping tempat tidur, lalu tersenyum lebar seraya berkacak pinggang. Dia juga meletakkan tas sekolahnya sembarang di kasur Kyungsoo dan berniat untuk melihat wajah marah Kyungsoo sebelum meletakkan tasnya dengan benar.
Jongin dan Kyungsoo memang teman masa kecil, tapi sebenarnya Kyungsoo lebih tua dari Jongin. Mereka juga sekelas di kampusnya, karena Jongin bergabung 1 tahun lebih dulu dari anak-anak satu line dengannya, dan karena dia lahir pada bulan Januari.
Jongin lalu berlari kecil ke balkon, merasa bahwa Kyungsoo mungkin berada disana. Tapi nihil, yang ada hanya gelas teh yang belum habis. Di kamarnya juga tidak ada. Dan di kamar mandi juga tidak ada.
Dia berniat untuk menelpon Kyungsoo, tapi dia menyadari bahwa ponselnya sedang dalam keadaan lowbatt, jadi dia hanya menghela nafas dan men-charge ponselnya dan menunggu.
Dia harap Kyungsoo hanya pergi ke supermarket dan akan kembali sesaat lagi dengan selamat. Meskipun ia tahu keadaannya sekarang tidak memungkinkannya untuk pergi kemana-mana.
Dia lalu menjatuhkan diri di sofanya yang empuk, lalu menghela nafas. Dia berdiri lagi lalu pergi ke balkon, dan berakhir berfikir keras di kamarnya. Dia menghela nafas lagi untuk yang ke sekian kali, lalu mencabut kabel charge dari ponselnya. Dia lalu menghidupkan ponselnya, untuk mengisi kebosanannya.
Tebak apa yang di temukannya; 3 Missed Call from Kyungsoo.
Sepersekian detik kemudian, ponsel Jongin bergetar lagi dan menampilkan nama yang sama. Kyungsoo. Tanpa ragu-ragu, dia mengangkatnya dengan penuh semangat.
"Hyung! Maksudku, Kyung! Cepatlah pulang, aku membelikan sesuatu yang akan sangat kau sukai. Dan ehrm, kuharap kau tidak lama, kau tahu aku benci menunggu."
Lalu dia menutup panggilannya dan mengcharge kembali ponselnya. Dia memasang seringai yang sangat lebar di wajahnya.
---
Clarine merapikan jas kerjanya, lalu menyalakan mobilnya. Merasa sangat segar untuk memulai hari. Tak lama kemudian, ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk.
Do Kyungsoo.
Dia lalu menyetir mobilnya, menghiraukan panggilan masuk dari nomor Kyungsoo.
---
Seongsoo mendecak sebal, bawahannya kali ini sudah keterlaluan. Selama dia pergi, bawahannya malah mengadakan pesta ulang tahun salah satu karyawan dan meninggalkan struk belanja di meja kerjanya.
Dia mengumpat beberapa kali, lalu berhenti ketika ponselnya bergetar. Satu panggilan masuk dari nomor Kyungsoo. Dia agak bingung, tapi akhirnya dia menyadari bahwa mungkin adiknya itu bosan akan penyakitnya dan merindukan kakaknya sendiri. Pemikirannya itu membuat dia tersenyum dan mengangkat panggilan dari Kyungsoo.
"Hei, adikku yang manis. How's life?" Guraunya untuk menghangatkan suasana
"Uhrm. Maaf."
Kyungsoo?
"O-oh." Seongsoo berdeham, "silahkan bicara."
"Kami menemukan kecelakaan mobil di jalan xxx. Tak ada korban jiwa di jalan, tapi orang yang berada di dalamnya terluka. Kami sudah menghubungi speed dial di ponselnya tapi orang itu hanya berbicara sebentar dan menutup panggilannya. Jadi, tolong tiba di Rumah Sakit XXX secepatnya."
Kecelakaan? Yang benar saja.
"Baik. Terimakasih," Seongsoo berucap formal lalu mengakhiri panggilannya.
Ini gila. Dia masih belum bisa mencerna kata-kata orang tadi. Tepatnya, belum bisa percaya. Dia juga tidak bisa dengan cepat pergi menuju Rumah Sakit XXX, dia berada di tempat yang sangat jauh dari darah rumahnya.
Jadi dia memanggil salah satu karyawannya untuk memesan satu tiket ke kota halamannya. Dan sebelum mengambil jas kerjanya dan akan pergi ke rumah, dia mengirim pesan suara untuk Jongin.
"Kyungsoo kecelakaan. Pergilah ke Rumah Sakit XXX dan temui pasien atas nama Do Kyungsoo. Cepat."
Setidaknya, ada orang yang peduli dengan Kyungsoo dan dapat Seongsoo percayai.
---
3 jam sudah berlalu sejak Jongin tiba di Rumah Sakit yang di beritahu Seongsoo. Sekarang Clarine juga ada bersamanya, menatap Kyungsoo yang matanya terpejam damai dengan datar dan tidak menangis. Seongsoo bilang bahwa dia akan sampai dengan waktu 5 menit.
Suasana sangat canggung sampai Clarine menghela nafas.
"Anak ini ceroboh," Dia menggumam, "Ini adalah hukuman yang setimpal dengan perbuatannya."
Jongin menatap Clarine sengit. Clarine memang tidak pernah berbuat buruk pada Jongin, tapi saat ini Jongin ingin sekali memberi Clarine pelajaran. Dan dia sedang berusaha keras untuk menahannya.
"Anak ini bodoh," Clarine melanjutkan, "Dia tidak pernah memenuhi keinginanku. Dia selalu melawan. Anak yang buruk,"
Jongin sudah sangat sabar mendengarnya.
"Tak akan berbeda jika dia meninggal, kan?" Clarine terkekeh.
Jongin bergetar. Dia rasa dia tidak akan bisa tinggal diam.
"Anak ini.. dari dulu aku memang tidak pernah menginginkannya lahir."
"Diam, Clarine!" Seongsoo yang baru datang mencelanya dengan nafas terengah-engah, "Pernahkah kau merasakan berada di posisinya?! Aku sudah cukup sabar denganmu!"
Clarine terlonjak akan sikap Seongsoo yang tidak memanggilnya ibu. "Aku? Di posisinya? Aku akan mencoba bunuh diri."
"Dan itu lah yang dia coba lakukan sekarang!" Pekik Seongsoo, nadanya sangat tinggi. "Dia tertekan dari dulu! Dia pikir kau ibunya! Dia pikir kau membentaknya karena kau menyayanginya sebagai seorang anak!"
Clarine tertegun.
"Aku juga sebenernya muak dengan caramu memperlakukan Kyungsoo." Jongin angkat bicara, "Maaf, maaf. Hanya menyampaikan pendapat. Kita hidup di negara demokrasi, jadi kurasa tak apa jika aku berpendapat." Jongin tersenyum, lalu mulai terlihat serius lagi. "Kyungsoo terlihat seperti mayat di sekolah belakangan ini. Tidak memperhatikan guru, kebanyakan melamun."
Seongsoo tersenyum pada Jongin, "Terimakasih karena sudah memperhatikan Kyungsoo dengan sangat baik," Dia cepat-cepat menunduk, memperlihatkan rasa terima kasih yang sangat dalamnya.
"Sudah menjadi tugasku," ujar Jongin cepat dan masih terlihat serius. "Kyungsoo..," dia memanggil nama sahabatnya dengan bergumam, berharap sahabatnya itu bisa bangun lagi.
Kyungsoo membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali, lalu menatap Seongsoo dan Jongin bergantian. Dia tersenyum, lalu mulai menatap Clarine bengis. "Aku membencimu," ujarnya pelan-pelan.
Clarine bergetar, setetes bulir air mata turun membasahi pipinya, "Sudah seharusnya." Ujarnya dingin, berusaha terlihat tegar di depan anak-anaknya.
Lalu dokter datang dan suster menyiapkan alat medis. Seperti deja vu. Dari sayup sayup suara gemercik alat medis, Jongin mendengar suara yang terdengar lirih. "Maaf karena sudah membuatmu melahirkanku,"
---
Berkas-berkas itu. Berkas pernikahan Clarine dan Tuan Do yang tidak sah, dan surat Tuan Do untuk Kyungsoo untuk yang terakhir kalinya.
Kyungsoo putraku,
Maaf karena baru memberitahumu tentang hal ini. Tapi aku harus memberitahumu. Jadi kami--aku dan Clarine bukan menikah karena cinta. Kami menikah karena ada kau yang terbuat karena kelalaian kami. Maka dari itu jangan membenci dirimu sendiri, bencilah aku. Ini salahku. Maaf karena sudah membuatmu menjadi aib keluarga. Maaf karena sudah membuatmu menderita akibat perbuatan Clarine. Maaf.
Seongsoo merupakan anak asli Clarine, jadi dia lebih menyayanginya. Maaf karena sikap Clarine yang pilih kasih.
Intinya, maaf. Maaf karena sudah membuat hidupmu menjadi buruk.
Ayahmu,
Do Geunsoo.
---Finn.
Well hore. Akhirnya selesai.
Tapi sad ya. Gua kurang dapet feel-nya. Gua tebak, kalian pasti cuma cengo. Baiklah.
See you on my next project then.
Sad cheers?
Slender.
Senin, 07 April 2014
8 ─ Serenitie Oh
6th─ 8 [Hunhan ]
EXO’s 2nd year project.
By Serenitie Oh
.
Tak pernahkah kau berfikir bahwa angka 8 adalah angka yang menakjubkan? Bagi seorang Oh Sehun ya. Bagi pemuda tampan itu, angka 8 adalah simbol sesuatu yang abadi dan selalu membentuk lingkaran abadi. Angka 8
mengambil banyak andil dari hidupnya─dimulai dari hari dimana ia bertemu malaikatnya dan─
─Oh! Sehun teringat sesuatu, lusa
adalah tanggal 8. Ia teringat harus melakukan sesuatu besok, jadi dia menjumput
Iphone-nya lalu men-dial Ms.Unicorn─kontak untuk pacar baru
Joonmyeon.
“ Nuna?”
Sapa Sehun
“Sehun, ada apa?” Tanya suara disebrang.
“ Apa menurut nuna Lotte World tempat
yang romantis?” Tanya Sehun cepat
“ Apa
yang─Oh!
Kau ingin melakukan ‘itu’ di Lotte World?”
“
Yeah dan itu besok, jadi bisa bantu?” Tanya Sehun
“Lakukan
sesuatu yang romantis!” Saran suara di sebrang berapi-api
“ Jadi, fix Lotte World?” Tanya Sehun memastikan
“ That’s
up to you. Semoga berhasil! ”
“ Jangan beritahu jiejie, oke? Thanks ya─”
“ PIP”
Sehun menatap sebal layar Iphone-nya. Sopan sekali gadis itu memutuskan
telfon sepihak.
“ Huh?” Sehun berseru bingung─tangannya menyerobot sebuah icefrap yang berisi cairan berwarna
coklat dengan bola-bola tapioka hitam yang tergelak diatas mejanya─satu hal yang bisa Sehun
simpulkan, ini pasti bubble tea, rasa
chocolate.
Matanya menelusuri seisi kelasnya,
hanya ia satu-satunya orang yang tersisa. Apa mungkin JongIn─sahabatnya yang menaruhnya?
Hanya ia saja yang mengetahui minuman kesukaan Sehun.
Sehun menggeleng pelan. Pasti bukan
JongIn yang memberikannya, gadis itu pasti sibuk bermain LoL─sejenis
permainan kebalikan dari ToD dengan pacarnya─Kyungsoo
Apa mungkin jiejie yang memberikannya? Jadi, gadis cantik itu masih mengingat
tentang perjanjian bodoh itu? Sehun saja bahkan selalu melanggarnya. Tangannya
dengan cepat mendial nomor seseorang.
“ Yeobseyo?”
Sapa suara di sebrang
“ Luhan-nuna! Apa kau yang meninggalkan minuman ini dimejaku?”
“ Ya, tadinya
aku ingin memberikannya langsung namun Sehunnie sibuk dan aku tak mau
menganggu.”
“ Aniya,
nuna. Aku malah senang kau masih mengigat pertemuan pertama kita sekaligus
perjanjian bodoh itu. Maafkan aku yang suka melanggarnya hehe. Anyway, thanks. Ah, apa nuna lowong besok?” Tanya Sehun.
“ Aku
lowong, waeyo?” Tanya Luhan gugup.
“ Kujemput nuna besok ya, berdandan yang cantik oke? Bye─PIP.”
Ditatapnya lagi cairan coklat dalam icefrap itu. Ia dulu berjanji untuk
menjauhi minuman ini namun, ia baru sadar kalau ia tak bisa menjauhi minuman
dingin ini. Kilasan-kilasan memory
saat pertama kali mereka bertemu terputar di kepala Sehun layaknya sebuah film.
─
Flashback
Sehun kecil
duduk termenung di ayunan yang. Awan-awan kelabu seakan memayunginya namun itu
tak membuat pemuda mungil itu beranjak dari posisinya.
Pemuda kecil
itu meraih icefrap yang tergeletak di sampingnya, direguknya cairan coklat yang
ada di dalamnya.
Ia sendiri di
taman kota itu, namun itu bukanlah masalah. Sendiri adalah salah satu elemen di
kehidupan Sehun.
“ Hey,” Sehun
menoleh saat dirasa ada yang menepuk pucuk kepalanya. Dilihatnya seorang gadis
mungil, mata onxy-nya menatap Sehun penuh harap
“ Hai.” Balas
Sehun.
“ Kau sedang
apa didi?” Tanya gadis itu sembari menyerobot ayunan yang ada di samping Sehun.
“ Didi?” Beo
Sehun.
“ Kau lebih
kecil dariku, ‘kan? Buktinya didi masih meminum itu.” Gadis itu menunjuk
icefrap Sehun.
“ Apa yang
thalah dari meminum bubble tea?! Thotate yang terbaik! Lagipula, memang kau
orang Thina?!” Hardik Sehun dengan aksen cadelnya.
“ Darimana didi
tahu jiejie orang China? Oh ya, nama jiejie Luhan.” Gadis itu mengacak rambut
Sehun.
“
Kenapa Luhan manggil Thehun didi?” Tanya Sehun.
“ Dulu, jiejie
mempunyai didi yang tampan sepertimu, ia sama-sama menyukai bubble tea sepertimu.”
Jelas Luhan dengan lincahnya.
“ Dulu? Jadi,
didi Luhan hilang thekarang?” Potong Sehun
“ Dokter bilang
didiku alergi pada tepung tapioka, apa kau tahu? Bola-bola kenyal hitam itu
terbuat dari tepung tapioka dan didiku pergi karna minuman itu,” Luhan terisak
pelan.
“ Jangan
menangith jiejie, mulai thekarang Thehun akan jadi didi jiejie!” Ujar Sehun
dengan senyum sumringah menghiasi bibirnya.
“ Benarkah?”
Luhan kecil memeluk Sehun─tak
perduli dengan tirai-tirai hujan di sekitar mereka.
“ Mulai thekarang
didi akan berhenti meminum bubble tea!”
Sehun menunjuk dirinya sendiri
“ Jadi, kita
teman sekarang?” Tanya Luhan ─dengan
jari kelingking teracung kearah Sehun.
“ Beth Friend!”
Jari kelingking Sehun dan Luhan terikat dalam sebuah takdir yang tak akan
pernah putus layaknya angka 8
─ End
Of Flashback
Sehun tersenyum mengingatnya. Janji
bodoh itu memang tak pernah ia laksanakan namun takdir mereka tak ‘kan pernah
putus. By the way, ia baru
menyadarinya, hari dimana mereka bertemu─tepat
jatuh pada tanggal 8
.
Luhan menatap figura foto yang
berdiri di meja riasnya─foto polaroid dia dan Sehun. Saat itu Luhan berumur 12 tahun sedangkan
Sehun 4 tahun lebih muda.
“ Kau memang tampan, didi.” Gumam Luhan. Jarinya terkadang
mengusap figura itu.
Luhan menebak-nebak, apa Sehun akan
menyatakan perasaanya? Tidak, tidak! Mereka hanya teman dan Luhan memang
berharap apa? Ia hanya sahabat Sehun, tak lebih dan kurang! Lagipula, ia tahu
kepribadian Sehun, a friend is always be
a friend, dan tak kan pernah menyandang gelar lebih.
Dirogohnya saku bell-bottom jeans-nya saat dirasa ada yang bergetar.
Ms. Unicorn
Calling
“ Biar
kutebak,” Suara di sebrang menyerobot cepat-cepat dan memotong perkataan
Luhan. “ Kau akan jalan dengan
brondong-mu, ‘kan? ”
“ Yixing!” Bentak Luhan
“ Kuberitahu
satu hal, akan ada hal yang special nanti,” Ujar suara di sebrang dengan nada
misterius─sok lebih tepatnya.
“ Apa?” Tanya Luhan
“ Pokoknya,
nanti ada yang special, kudoakan semoga kalian jadian, deh.”
“ Ap─”
“ Bye, Lu─PIP.”
Luhan sudah akan mengeluarkan sumpah
serapahnya untuk si nona Unicorn jika
suara maid-nya tidak terdengar.
“ Nona, Tuan Sehun sudah datang.”
“Here
you go Luhan, fighting!” Gumam Luhan
.
“ Nuna!
Ayo naik rollercoaster!” Pinta Sehun─setengah merajuk.
“ Aniyo,
Sehunnie. Itu menyeramkan.” Sergah
Luhan.
“ Ayolah nuna, tak mungkin aku melewatkannya.” Mohon Sehun─tak lupa aksi mempoutkan bibirnya.
“ Aigoo,
Kau masih melakukannya, kau bukan anak kecil lagi Sehunnie.” Luhan menjawil pipi tirus Sehun.
“ Kau juga masih melakukannya! Kau
masih mencubitku kalau aku melakukan itu, jiejie.”
Gerutuan Sehun membuat Luhan terdiam.
“ Kau memanggilku jiejie lagi,” Luhan menatap Sehun haru.
“ Senang mendengarnya, didi.”
“ Oh ya, apa yang membuat kau
berhenti memanggilku jiejie dan malah
memanggilku nuna seperti yang lain?”
Tanya Luhan─mencoba mengeluarkan dirinya
dari ruang nosalgia.
“ Ah ya,” Sehun seakan teringat pada
sesuatu. ” Jiejie membuatku terdengar
seperti adikmu, lagipula kita sahabat, bukan? Nuna terdengar lebih tepat untuk seorang sahabat.”
Luhan terasa tertohok di bagian
dadanya. Benar, mereka hanya sahabat! Apa yang kau harapkan, Luhan?
“ Hey, apa ini? Ini barang barumu? ” Tanya Luhan, tangannya menjumput seuntai
rantai silver yang mencuat keluar dari saku celana pull-over Sehun.
“ Ya, bukankah bagus?” Sehun
mempertontonkan sebuah arloji kuno berwarna silver yang menyatu dengan seuntai
rantai yang membentuknya layak kalung.
Dalam arloji kuno itu, terpampang angka 8 atau infinity berwarna emas di tengah-tengah. Luhan hanya mengangguk
takjub
“ Apa kau ingin memilikinya?” Sehun
mengalungkan kalung itu pada leher Luhan membuat gadis itu bergeming ditempat.
“ Tapi ini barang barumu, Sehun.”
Gumam Luhan.
“Tak apa, untukmu saja, hey,
bagaimana jika kita menaiki bianglala saja? Malam hari adalah waktu yang tepat
untuk memandang Seoul dari atas.” Saran Sehun mengeluarkan Luhan dari ruang
kekaguman. Matanya memandang arlojinya yang menunjukkan pukul 23.00KST sebelum
tersenyum.
.
Sehun menatap Luhan yang nampak
serius mengamati pemandangan dari luar jendela. Ada yang menarik dari gadis
yang tak mengetahui kecantikannya sendiri. Sekarang, Luhan , jiejie-nya 100x lebih cantik daripada
pemandangan itu.
“ Indah, bukan?” Tanya Sehun.
“ Ya,” Luhan akan melanjutkan
perkataanya namun di tundanya, gadis cantik itu lebih memilih mengamati wajah
Sehun yang seakan bersinar.
Luhan menyadarinya, ia menyukai
Sehun, dan ia harus mengatakannya sekarang. Sehun sudah ada di hatinya sejak
dahulu, namun bodohnya ia baru menyadarinya.
“ Sehun, aku.. aku menyukaimu.” Ujar
Luhan ringkuh membuat Sehun menatapnya. Pemuda itu terdiam sebentar sebelum
berkata-kata.
“ Ayo keluar,” Sehun menggandeng
tangan Luhan, menuntunnya agar menuruni bilik bianglala dengan selamat
sedangkan Luhan menatapnya bingung.
Apa ia tak mendengarnya?
Atau.. ia ditolak?
Dihentakannya tangan Sehun membuat
pemuda itu menaikkan alisnya─pertanda ia bingung. Mata onyx Luhan menatap Sehun tak percaya,
kaki-kakinnya menjauhi Sehun tanpa perintahnya, menjauh tanpa menoleh
kebelakang.
Luhan mengusap peluh yang mengaliri
kening-nya. Ia sudah berjalan menjauhi Sehun berjam-jam dan sudah akan sampai
ke tempat awalnya─di depan bianglala.
Dia terduduk pada salah satu bangku
yang disediakan. Bodohnya ia, mengapa ia mengatakan sesuatu jika tahu hasilnya
buruk? Tiba-tiba, Luhan berdiri tegak. Ini tanggal 8 bulan April tahun 2014.
Tepat 8 tahun persahabatan mereka. Mungkin karna itu Sehun mengajaknya kesini.
Sehun memang selalu dan akan selalu
menggangapnya sahabat, walau apapun yang ia lakukan. Sehun pasti mendengar
perkataanya. Berarti ia ditolak.
Well done Luhan, tak cukup dengan
ditolak, kau juga akan dibenci Sehun dan itu akan merusak persahabatan murni
kalian selama ini.
“ Aku menghancurkan─”
─PRANG!
Luhan menatap kaget liontin arloji
yang Sehun berikan. Arloji itu pecah dan
anehnya arloji itu melontarkan puluhan wappen
mungil berkilauan berwarna karamel berbentuk angka 8 yang berkilauan cantik.
“ Sudah tak terasa kita telah
bersahabat selama 8 tahun bukan, jiejie?”
Sehun tiba-tiba muncul di depannya membuat mata Luhan terbeliak.
“ Selama ini kau selalu ada di
sampingku, terimakasih,” Sehun menatap Luhan yang menatapnya bingung.” Kau juga
selalu ada jika aku kesulitan, terimakasih,” Sehun memberi jeda.” Kau juga
selalu membuatku tersenyum, terimakasih.”
“ Selama ini kau selalu memberikan
yang terbaik untukku dengan sempurna. So
do I, aku selalu mencoba memberikan yang terbaik untukmu, aku tahu aku melakukannya
dengan tidak sempurna, aku juga tahu mungkin kau tak menyukai caraku, but I hope you know, I always give the best
for you,” Sehun menatap sendu Luhan yang kini menatapnya dengan mata
berkaca-kaca
“ Maaf aku pura-pura tak mendengarnya
dan aku sengaja memasang alarm untuk
jam 12, keren ‘kan? Aku membutuhkan waktu seminggu untuk membuat kejutan itu and thanks to Yixing nuna yang membantu.” Sehun menggaruk
tengkuknya, dia panik karna Luhan tak memberikan respon.
“ Jadi, kau tak menolakku?” Tanya Luhan.
“ Tidak,” Sehun menggeleng cepat dan
merengkuh Luhan intim.” Aku justru sangat mencintai jiejie-ku ini! Saranghae Xi
Luhan! And from now on, I want to love you simply. With words that yet not to
say from a wood to the fire who makes it’s an ash.” Teriak Sehun dengan kedua tangan yang
dibentuk layaknya corong
─THE
END─
Langganan:
Postingan (Atom)