My Silver Wish

Rabu, 09 April 2014

Tragedy : An End?

A/N: Just like the previous warn, copying and inspired are different. Enjoy.

---

Sudah 1 bulan sejak perginya Tuan Do, dan stadium Kyungsoo bertambah parah karena terpukulnya kepergian serta rahasia keluarga Do yang ayahnya rahasiakan selama ini.

Hal yang seharusnya Kyungsoo ketahui dari dulu.

Hal itu memang tidak ada kaitannya dengan kejadian sekarang--the present, tapi hal itu dapat menjelaskan perlakuan Clarine terhadapnya. Setidaknya biarkan Kyungsoo mengetahui kenyataannya sebelum menduga hal yang buruk terhadap Clarine.

Walaupun Clarine memang buruk bagi Kyungsoo, sebelum dan setelah mengetahui rahasia keluarganya.

Kenyataan ini seperti sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Kenyataan yang membuat Kyungsoo membenci hidup. Ia merasa tidak berguna. Cliché memang, tapi mau apa lagi. Dia benar-benar merasa seperti itu.

Dan disinilah Kyungsoo sekarang. Di balkon apertemen Jongin, mengingat bahwa kakaknya, Seongsoo sudah kembali ke rutinitas kerjanya yang membosankan karena cutinya sudah habis, dan karena Kyungsoo tidak sedang ingin melihat wajah Clarine.

Kyungsoo lebih menyukai tinggal bersama Jongin walaupun Jongin harus sekolah dan pergi meninggalkannya beberapa jam daripada harus tinggal di rumah aslinya yang lebih seperti neraka karena kehadiran Clarine. Dua hal yang sangat jelas dan berbeda.

Jadi Kyungsoo berada sendirian sekarang. Dengan hati-hati, Kyungsoo menyeruput teh yang ada di depannya karena larangan dokter yang mengatakan bahwa ia tidak boleh minum kopi. Dia menikmati rasa tawar dari teh itu di indra pengecapannya, lalu meletakkan kembali gelas teh itu ke mejanya.

Dengan helaan nafas yang sangat panjang, Kyungsoo mulai melantunkan sebaris lagu dari Jonas Brothers yang berjudul Fall.

"On the edge of something real."

Di ujung sesuatu yang nyata. Kenyataan dari rahasia keluarga Do yang menyedihkan.

"I have a choice, but I don't know what to feel."

Aku memiliki pilihan, tetapi aku tidak tahu harus merasakan apa. Kyungsoo bisa saja memilih, marah dengan Clarine atau melakukan apa yang ia mau, tapi entahlah, dia tidak terlalu yakin.

"Getting tired of all this fear."

Lelah akan semua rasa takut ini. Takut akan melihat wajah Clarine, takut akan kehilangan hidupnya, tapi di sisi lain, dia tidak ingin hidup lagi.

"Before I'll choose, let me know that you'll be here."

Sebelum aku memilih, biarlah aku tahu bahwa kau akan ada disini.

Satu bulir bening mulai turun dari mata Kyungsoo, membasahi pipi Kyungsoo yang lembut. Dia tahu ini akan terkesan bodoh, menyedihkan dan memalukan bagi seorang Kyungsoo, tapi mau bagaimana lagi. Dia sedang sendiri sekarang, jadi dia pikir tidak akan jadi masalah jika dia menangis.

Dia sadar dia harus melewati ini sendirian.

Dia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain, maupun Jongin atau Seongsoo. Dia harus menyelesaikan semua ini sendirian; penyakit sialan yang menggerogoti tubuhnya, dan mulai menerima kenyataan.

Kyungsoo mengepal tangannya, merasa mendapat ide yang brilian.

---

Jongin membuka pintu apertemennya dengan penuh rasa semangat, "hey, bud! Aku membawakanmu sesuatu!" Dia lalu berlari berjingkrak-jingkrak ke kamar tamu, kamar yang ditempati Kyungsoo selama berada di apertemennya.

Dia lalu meletakkan kantung belanjaannya di meja samping tempat tidur, lalu tersenyum lebar seraya berkacak pinggang. Dia juga meletakkan tas sekolahnya sembarang di kasur Kyungsoo dan berniat untuk melihat wajah marah Kyungsoo sebelum meletakkan tasnya dengan benar.

Jongin dan Kyungsoo memang teman masa kecil, tapi sebenarnya Kyungsoo lebih tua dari Jongin. Mereka juga sekelas di kampusnya, karena Jongin bergabung 1 tahun lebih dulu dari anak-anak satu line dengannya, dan karena dia lahir pada bulan Januari.

Jongin lalu berlari kecil ke balkon, merasa bahwa Kyungsoo mungkin berada disana. Tapi nihil, yang ada hanya gelas teh yang belum habis. Di kamarnya juga tidak ada. Dan di kamar mandi juga tidak ada.

Dia berniat untuk menelpon Kyungsoo, tapi dia menyadari bahwa ponselnya sedang dalam keadaan lowbatt, jadi dia hanya menghela nafas dan men-charge ponselnya dan menunggu.

Dia harap Kyungsoo hanya pergi ke supermarket dan akan kembali sesaat lagi dengan selamat. Meskipun ia tahu keadaannya sekarang tidak memungkinkannya untuk pergi kemana-mana.

Dia lalu menjatuhkan diri di sofanya yang empuk, lalu menghela nafas. Dia berdiri lagi lalu pergi ke balkon, dan berakhir berfikir keras di kamarnya. Dia menghela nafas lagi untuk yang ke sekian kali, lalu mencabut kabel charge dari ponselnya. Dia lalu menghidupkan ponselnya, untuk mengisi kebosanannya.

Tebak apa yang di temukannya; 3 Missed Call from Kyungsoo.

Sepersekian detik kemudian, ponsel Jongin bergetar lagi dan menampilkan nama yang sama. Kyungsoo. Tanpa ragu-ragu, dia mengangkatnya dengan penuh semangat.

"Hyung! Maksudku, Kyung! Cepatlah pulang, aku membelikan sesuatu yang akan sangat kau sukai. Dan ehrm, kuharap kau tidak lama, kau tahu aku benci menunggu."

Lalu dia menutup panggilannya dan mengcharge kembali ponselnya. Dia memasang seringai yang sangat lebar di wajahnya.

---

Clarine merapikan jas kerjanya, lalu menyalakan mobilnya. Merasa sangat segar untuk memulai hari. Tak lama kemudian, ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk.

Do Kyungsoo.

Dia lalu menyetir mobilnya, menghiraukan panggilan masuk dari nomor Kyungsoo.

---

Seongsoo mendecak sebal, bawahannya kali ini sudah keterlaluan. Selama dia pergi, bawahannya malah mengadakan pesta ulang tahun salah satu karyawan dan meninggalkan struk belanja di meja kerjanya.

Dia mengumpat beberapa kali, lalu berhenti ketika ponselnya bergetar. Satu panggilan masuk dari nomor Kyungsoo. Dia agak bingung, tapi akhirnya dia menyadari bahwa mungkin adiknya itu bosan akan penyakitnya dan merindukan kakaknya sendiri. Pemikirannya itu membuat dia tersenyum dan mengangkat panggilan dari Kyungsoo.

"Hei, adikku yang manis. How's life?" Guraunya untuk menghangatkan suasana

"Uhrm. Maaf."

Kyungsoo?

"O-oh." Seongsoo berdeham, "silahkan bicara."

"Kami menemukan kecelakaan mobil di jalan xxx. Tak ada korban jiwa di jalan, tapi orang yang berada di dalamnya terluka. Kami sudah menghubungi speed dial di ponselnya tapi orang itu hanya berbicara sebentar dan menutup panggilannya. Jadi, tolong tiba di Rumah Sakit XXX secepatnya."

Kecelakaan? Yang benar saja.

"Baik. Terimakasih," Seongsoo berucap formal lalu mengakhiri panggilannya.

Ini gila. Dia masih belum bisa mencerna kata-kata orang tadi. Tepatnya, belum bisa percaya. Dia juga tidak bisa dengan cepat pergi menuju Rumah Sakit XXX, dia berada di tempat yang sangat jauh dari darah rumahnya.

Jadi dia memanggil salah satu karyawannya untuk memesan satu tiket ke kota halamannya. Dan sebelum mengambil jas kerjanya dan akan pergi ke rumah, dia mengirim pesan suara untuk Jongin.

"Kyungsoo kecelakaan. Pergilah ke Rumah Sakit XXX dan temui pasien atas nama Do Kyungsoo. Cepat."

Setidaknya, ada orang yang peduli dengan Kyungsoo dan dapat Seongsoo percayai.

---

3 jam sudah berlalu sejak Jongin tiba di Rumah Sakit yang di beritahu Seongsoo. Sekarang Clarine juga ada bersamanya, menatap Kyungsoo yang matanya terpejam damai dengan datar dan tidak menangis. Seongsoo bilang bahwa dia akan sampai dengan waktu 5 menit.

Suasana sangat canggung sampai Clarine menghela nafas.

"Anak ini ceroboh," Dia menggumam, "Ini adalah hukuman yang setimpal dengan perbuatannya."

Jongin menatap Clarine sengit. Clarine memang tidak pernah berbuat buruk pada Jongin, tapi saat ini Jongin ingin sekali memberi Clarine pelajaran. Dan dia sedang berusaha keras untuk menahannya.

"Anak ini bodoh," Clarine melanjutkan, "Dia tidak pernah memenuhi keinginanku. Dia selalu melawan. Anak yang buruk,"

Jongin sudah sangat sabar mendengarnya.

"Tak akan berbeda jika dia meninggal, kan?" Clarine terkekeh.

Jongin bergetar. Dia rasa dia tidak akan bisa tinggal diam.

"Anak ini.. dari dulu aku memang tidak pernah menginginkannya lahir."

"Diam, Clarine!" Seongsoo yang baru datang mencelanya dengan nafas terengah-engah, "Pernahkah kau merasakan berada di posisinya?! Aku sudah cukup sabar denganmu!"

Clarine terlonjak akan sikap Seongsoo yang tidak memanggilnya ibu. "Aku? Di posisinya? Aku akan mencoba bunuh diri."

"Dan itu lah yang dia coba lakukan sekarang!" Pekik Seongsoo, nadanya sangat tinggi. "Dia tertekan dari dulu! Dia pikir kau ibunya! Dia pikir kau membentaknya karena kau menyayanginya sebagai seorang anak!"

Clarine tertegun.

"Aku juga sebenernya muak dengan caramu memperlakukan Kyungsoo." Jongin angkat bicara, "Maaf, maaf. Hanya menyampaikan pendapat. Kita hidup di negara demokrasi, jadi kurasa tak apa jika aku berpendapat." Jongin tersenyum, lalu mulai terlihat serius lagi. "Kyungsoo terlihat seperti mayat di sekolah belakangan ini. Tidak memperhatikan guru, kebanyakan melamun."

Seongsoo tersenyum pada Jongin, "Terimakasih karena sudah memperhatikan Kyungsoo dengan sangat baik," Dia cepat-cepat menunduk, memperlihatkan rasa terima kasih yang sangat dalamnya.

"Sudah menjadi tugasku," ujar Jongin cepat dan masih terlihat serius. "Kyungsoo..," dia memanggil nama sahabatnya dengan bergumam, berharap sahabatnya itu bisa bangun lagi.

Kyungsoo membuka matanya perlahan, mengerjap beberapa kali, lalu menatap Seongsoo dan Jongin bergantian. Dia tersenyum, lalu mulai menatap Clarine bengis. "Aku membencimu," ujarnya pelan-pelan.

Clarine bergetar, setetes bulir air mata turun membasahi pipinya, "Sudah seharusnya." Ujarnya dingin, berusaha terlihat tegar di depan anak-anaknya.

Lalu dokter datang dan suster menyiapkan alat medis. Seperti deja vu. Dari sayup sayup suara gemercik alat medis, Jongin mendengar suara yang terdengar lirih. "Maaf karena sudah membuatmu melahirkanku,"

---

Berkas-berkas itu. Berkas pernikahan Clarine dan Tuan Do yang tidak sah, dan surat Tuan Do untuk Kyungsoo untuk yang terakhir kalinya.

Kyungsoo putraku,

Maaf karena baru memberitahumu tentang hal ini. Tapi aku harus memberitahumu. Jadi kami--aku dan Clarine bukan menikah karena cinta. Kami menikah karena ada kau yang terbuat karena kelalaian kami. Maka dari itu jangan membenci dirimu sendiri, bencilah aku. Ini salahku. Maaf karena sudah membuatmu menjadi aib keluarga. Maaf karena sudah membuatmu menderita akibat perbuatan Clarine. Maaf.
Seongsoo merupakan anak asli Clarine, jadi dia lebih menyayanginya. Maaf karena sikap Clarine yang pilih kasih.
Intinya, maaf. Maaf karena sudah membuat hidupmu menjadi buruk.

Ayahmu,

Do Geunsoo.

---Finn.

Well hore. Akhirnya selesai.
Tapi sad ya. Gua kurang dapet feel-nya. Gua tebak, kalian pasti cuma cengo. Baiklah.
See you on my next project then.

Sad cheers?

Slender.

2 komentar:

  1. kasian D.O.... T_T
    untunglah ada Kai yg selalu perhatian sama dia.
    nice ff ^_^

    BalasHapus